Jepang Pertahankan Jalur Dialog dengan China di Tengah Ketegangan, Takaichi: Pintu Komunikasi Tak Pernah Kami Tutup
Jepang-Instagram-
Jepang Pertahankan Jalur Dialog dengan China di Tengah Ketegangan, Takaichi: Pintu Komunikasi Tak Pernah Kami Tutup
Di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik dengan China, Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menegaskan kembali komitmen pemerintahnya untuk menjaga jalur komunikasi terbuka dengan Beijing. Dalam pernyataan usai menyampaikan pidato akhir tahun yang komprehensif pada Kamis (25/12/2025), Takaichi menekankan bahwa Tokyo tetap berupaya menjalin hubungan bilateral yang “konstruktif, stabil, dan berkelanjutan” meski terdapat sejumlah isu sensitif yang menjadi ganjalan.
“Sebagai negara tetangga, wajar jika ada area-area yang menjadi perhatian bersama maupun tantangan strategis,” ujar Takaichi di hadapan awak media. “Namun justru di saat-saat seperti inilah dialog di semua tingkatan—termasuk tingkat kepemimpinan tertinggi—menjadi sangat krusial. Kami tidak menutup pintu komunikasi dengan China. Sebaliknya, kami terbuka untuk segala bentuk dialog yang bertanggung jawab.”
Pernyataan tersebut disampaikan tak lama setelah hubungan Jepang-China memasuki fase baru ketegangan akibat komentar Takaichi pada awal November lalu, yang menyebut bahwa Angkatan Bela Diri Jepang (JSDF) secara teoritis bisa dikerahkan jika terjadi agresi militer China terhadap Taiwan. Pernyataan itu langsung memicu kemarahan di Beijing, yang merespons dengan langkah diplomatik maupun ekonomi—termasuk pembatasan besar-besaran terhadap wisatawan asal China ke Jepang.
Menurut laporan stasiun televisi Nippon TV (NTV) pada hari yang sama, sumber internal mengungkap bahwa pemerintah China telah menginstruksikan biro perjalanan domestik untuk memangkas kuota kunjungan ke Jepang hingga 60% dari volume normal. Langkah ini bukan hanya berdampak pada sektor pariwisata Jepang yang tengah berupaya pulih pasca-pandemi, tetapi juga menjadi sinyal kuat dari ketidakpuasan Beijing terhadap posisi Tokyo dalam isu Taiwan.
Namun, Takaichi menegaskan bahwa komunikasi antara kedua negara “tidak pernah benar-benar terputus”. Ia menambahkan bahwa pemerintah Jepang akan terus melindungi kepentingan nasional, termasuk keselamatan dan martabat warga negaranya, sambil menjaga saluran diplomasi tetap aktif.
“Walaupu ketegangan meningkat, kami tetap percaya bahwa dialog adalah satu-satunya jalan untuk menghindari eskalasi yang tidak diinginkan,” tegasnya.
Fokus pada Ekonomi Domestik dan Ketidakpastian Global
Pidato akhir tahun Takaichi tidak hanya menyoroti hubungan eksternal, tetapi juga memfokuskan perhatian besar pada tantangan ekonomi dalam negeri. Ia mengakui bahwa ketidakpastian global—terutama akibat kebijakan tarif baru yang diterapkan Amerika Serikat—telah menciptakan iklim yang rumit bagi kalangan pelaku usaha di Jepang.
“Sangat penting menciptakan prediktabilitas bagi dunia usaha,” ujarnya. “Tanpa kepastian, investasi swasta enggan bergerak, dan itu akan menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.”
Takaichi menekankan pentingnya kebijakan fiskal yang responsif, penguatan rantai pasok global, serta reformasi struktural yang mendukung iklim investasi yang kondusif. Salah satu prioritas utamanya adalah memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi benar-benar dirasakan oleh masyarakat luas, terutama melalui peningkatan upah yang signifikan.
Meskipun data resmi menunjukkan bahwa upah nominal di Jepang telah mencapai level tertinggi dalam beberapa dekade terakhir, kenyataannya upah riil—yaitu upah yang telah disesuaikan dengan inflasi—justru mengalami penurunan selama sepuluh bulan berturut-turut hingga Oktober 2025. Hal ini mencerminkan tekanan biaya hidup yang terus meningkat, sementara kenaikan gaji belum mampu mengejar laju inflasi.
“Kami mendorong perusahaan untuk tidak hanya menaikkan upah secara nominal, tapi juga memastikan bahwa kenaikan tersebut cukup untuk melampaui inflasi,” lanjut Takaichi. “Kesejahteraan pekerja adalah fondasi dari ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.”
Harapan Bertemu Trump dan Komitmen Aliansi dengan AS
Tidak hanya urusan China, Takaichi juga membahas hubungan strategis Jepang dengan Amerika Serikat. Dalam sesi tanya jawab usai pidato, ia mengungkapkan harapannya untuk segera bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, terutama di tengah sikap diam Gedung Putih terhadap ketegangan terbaru antara Tokyo dan Beijing.
“Kami sangat menghargai komitmen AS terhadap aliansi keamanan kita, yang telah ditegaskan berulang kali dalam berbagai forum,” ujarnya. “Komunikasi dengan Washington tetap berlangsung intensif melalui berbagai saluran diplomatik dan pertahanan.”