Update! Tragedi Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Utara: Lebih dari 60 Jiwa Melayang, Ribuan Warga Mengungsi
Banjir-Instagram-
Update! Tragedi Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Utara: Lebih dari 60 Jiwa Melayang, Ribuan Warga Mengungsi
Bencana alam beruntun berupa banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara sejak Kamis (27/11) masih berlangsung hingga Jumat pagi (28/11). Situasi darurat terus berkembang, dengan jumlah korban jiwa terus bertambah dan ribuan warga terpaksa mengungsi demi keselamatan.
Menurut data terkini yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara, total korban meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi ini telah mencapai 60 orang, tersebar di empat wilayah terdampak: Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara. Angka ini diperkirakan masih bisa berubah seiring dengan proses evakuasi dan pencarian korban yang terus berlangsung.
Sibolga: Kota yang Diterjang Air dan Lumpur
Kota Sibolga menjadi salah satu wilayah paling parah terdampak. Sebanyak 17 warga dilaporkan meninggal, sebagian besar berasal dari Kecamatan Sibolga Selatan. Banjir bandang yang melanda kota pesisir ini datang secara tiba-tiba, mengalir deras menyusuri jalan-jalan sempit, menghantam rumah warga, menyeret kendaraan, dan merusak infrastruktur penting.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan betapa dahsyatnya arus banjir: air bercampur lumpur, batang pohon tumbang, puing bangunan, hingga sampah rumah tangga mengalir deras, menyapu segala yang dilaluinya. Tidak hanya banjir, longsor juga terjadi di belasan titik di seluruh kecamatan Sibolga, termasuk di Kelurahan Angin Nauli, Simare-mare, Sibolga Hilir, hingga Pasar Baru.
Warga yang selamat menggambarkan suasana mencekam saat air mulai naik dengan kecepatan tinggi. Banyak dari mereka hanya sempat menyelamatkan diri tanpa sempat membawa barang berharga. “Air datang begitu cepat, kami lari tanpa alas kaki. Yang penting selamat,” ujar salah seorang pengungsi di Posko Darurat Kelurahan Parombunan.
Tapanuli Tengah: Empat Jiwa Melayang, Akses Terputus
Di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), situasi tidak jauh lebih baik. Hingga Kamis malam, empat orang dinyatakan tewas akibat longsor dan banjir. Wilayah-wilayah terdampak termasuk Kecamatan Badiri, Sibabangun, Lumut, Sarudik, hingga Pandan—daerah-daerah yang selama ini dikenal rawan bencana karena medan pegunungan dan curah hujan tinggi.
Kerusakan infrastruktur menjadi kendala utama dalam penanganan darurat. Jaringan komunikasi sempat terputus di sejumlah desa, sementara akses jalan utama lumpuh akibat tertutup material longsor. Pemerintah daerah bersama instansi terkait kini berupaya keras memulihkan konektivitas agar bantuan logistik bisa menjangkau warga terdampak.
Tapanuli Selatan: Episentrum Bencana dengan 20 Korban Jiwa
Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi wilayah dengan jumlah korban jiwa terbanyak. Per Jumat pagi (28/11), BPBD setempat melaporkan 20 orang meninggal dunia, dengan 18 di antaranya berasal dari Kecamatan Batangtoru—kawasan pertambangan yang rentan terhadap longsor akibat aktivitas manusia dan geologi labil.
Selain korban jiwa, tercatat 36 warga mengalami luka ringan hingga berat, dan sekitar 3.000 jiwa terpaksa mengungsi ke tempat-tempat aman, seperti balai desa, gedung sekolah, dan masjid. Sebanyak 11 kecamatan di Tapsel dilaporkan terdampak parah, termasuk Sipirok, Marancar, dan Sayur Matinggi.
Salah satu tantangan terbesar di wilayah ini adalah medan yang sulit dijangkau. Sejumlah desa terisolasi akibat jembatan ambruk dan jalan tertutup longsor. Untuk mengatasi hal ini, logistik bantuan direncanakan diangkut melalui helikopter mulai Jumat pagi, sebagai bagian dari operasi tanggap darurat nasional.
Respons Nasional: Posko Gabungan dan Ribuan Personel Dikerahkan
Merespons eskalasi bencana, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan (Adwil), bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah mendirikan Posko Nasional di Tapanuli Utara sejak Kamis malam (27/11). Langkah ini bertujuan mempercepat koordinasi antar-instansi dalam penanganan bencana.
Polda Sumatera Utara juga telah mengerahkan 1.030 personel gabungan, termasuk Satuan Brimob, untuk membantu evakuasi, pencarian korban hilang, pembukaan akses jalan, serta distribusi bantuan kemanusiaan. Menurut unggahan resmi di Instagram @poldasumaterautara, tim gabungan telah membersihkan material longsor di 23 titik kritis, termasuk di jalur strategis Tarutung–Sibolga.
Sementara itu, TNI, Satpol PP, relawan, dan organisasi kemanusiaan terus bekerja siang-malam di lapangan. Mereka tidak hanya fokus pada penyelamatan, tetapi juga memberikan dukungan psikososial kepada para penyintas yang trauma akibat kehilangan keluarga, rumah, dan harta benda.