Siapa Sujana? Guru SD di Bogor Picu Kontroversi, Diskriminasi Nilai dan Perlombaan Uang Kas Bikin Siswa Tertekan

Siapa Sujana? Guru SD di Bogor Picu Kontroversi, Diskriminasi Nilai dan Perlombaan Uang Kas Bikin Siswa Tertekan

Sujana-Instagram-

Siapa Sujana? Guru SD di Bogor Picu Kontroversi, Diskriminasi Nilai dan Perlombaan Uang Kas Bikin Siswa Tertekan

Dunia pendidikan di Kabupaten Bogor kembali dikejutkan oleh praktik tak etis seorang guru yang justru seharusnya menjadi teladan dan pelindung bagi murid-muridnya. Sujana, seorang guru kelas IV di SDN Pajeleran 01, kini tengah menuai kecaman keras dari orang tua murid dan pihak sekolah lantaran sejumlah tindakan yang dianggap merugikan siswa, baik secara akademis maupun psikologis.



Laporan dari sejumlah wali murid menyebutkan bahwa Sujana telah menciptakan lingkungan belajar yang tidak sehat dan penuh tekanan. Alih-alih mendorong semangat belajar yang adil dan inklusif, guru tersebut justru memperkenalkan sistem yang memecah belah murid berdasarkan kemampuan ekonomi dan keterlibatan dalam les privat yang ia kelola sendiri.

Les Privat Berbayar dan Diskriminasi Nilai
Salah satu praktik kontroversial yang mengemuka adalah pembukaan bimbingan belajar (bimbel) oleh Sujana dengan biaya bulanan sebesar Rp250.000 per siswa. Namun, yang menjadi sorotan bukan hanya biayanya, melainkan implikasi akademis yang muncul setelahnya. Sejumlah orang tua mengungkapkan bahwa nilai rapor anak-anak yang mengikuti les tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan murid yang tidak ikut.

“Sudah jadi rahasia umum di kelas kalau hanya anak-anak yang les sama Bu Sujana yang dapat nilai bagus. Anak saya yang rajin belajar tapi tidak les malah nilainya biasa-biasa saja,” ungkap seorang wali murid yang enggan disebutkan namanya.


Lebih parah lagi, terungkap bahwa Sujana kerap memberikan bocoran soal ujian kepada murid-murid yang ikut les dengannya. Hal ini jelas melanggar prinsip keadilan pendidikan dan merusak integritas proses evaluasi akademik. Akibatnya, para siswa yang tidak mampu atau tidak ikut les merasa diperlakukan tidak adil, hingga mengalami tekanan psikologis yang cukup serius.

Dampak Psikologis pada Anak
Menyikapi laporan tersebut, pihak SDN Pajeleran 01 segera mengambil langkah cepat untuk memulihkan kondisi mental para siswa. Sekolah berencana mendatangkan psikolog profesional dan melibatkan guru pembimbing kesiswaan guna memberikan pendampingan intensif.

“Kita akan datangkan psikolog. Insyaallah, saya bersama para guru terpercaya—yang kita sebut sebagai tim non-guru BP—akan segera masuk ke sekolah untuk memberikan pendampingan,” ujar perwakilan sekolah dalam keterangan resminya pada Rabu (17/12/2025).

Pihak sekolah juga berkomitmen untuk memberikan rasa aman kepada para siswa. Mereka aktif meyakinkan anak-anak bahwa kejadian serupa tidak akan terulang dan bahwa mereka tidak perlu takut melaporkan ketidakadilan yang mereka alami.

“Kami ingin anak-anak tahu bahwa mereka aman. Tidak ada lagi ancaman diam-diam, tidak ada lagi rasa takut untuk bicara kepada orang tua. Kami berjanji kejadian seperti ini tidak akan terjadi lagi,” tegasnya.

Perlombaan “Banyak-Banyakan” Uang Kas, Anak-anak Pun Dibandingkan
Masalah tak berhenti di ranah akademis. Sujana juga disebut menciptakan suasana kompetitif yang tidak sehat melalui praktik pengumpulan uang kas kelas. Bahkan, ia sempat mengadakan semacam “perlombaan” antara murid laki-laki dan perempuan untuk melihat kelompok mana yang berhasil mengumpulkan uang kas terbanyak.

Yang lebih memprihatinkan, siswa yang berhasil mengumpulkan uang lebih banyak diberi “hadiah” berupa izin pulang lebih awal—sebuah bentuk insentif yang justru memperkuat ketimpangan sosial di kelas.

Baca juga: Sumardji Mundur dari Jabatan Manajer Timnas Indonesia: Fokus Pimpin BTN di Tengah Tantangan Besar Sepak Bola Nasional

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya