Dua Dugaan Motif Tragis di Balik Kasus Siswi SMP di Medan yang Diduga Habisi Nyawa Ibunya Sendiri

Dua Dugaan Motif Tragis di Balik Kasus Siswi SMP di Medan yang Diduga Habisi Nyawa Ibunya Sendiri

Faiza-Instagram-

Beberapa ahli menekankan pentingnya deteksi dini terhadap tekanan emosional pada anak, terutama di masa pubertas, ketika perubahan hormon dan tekanan sosial bisa memicu reaksi ekstrem jika tidak dikelola dengan baik. Di sisi lain, kasus ini juga menyoroti perlunya komunikasi terbuka dalam keluarga, di mana anak merasa aman untuk mengekspresikan kekecewaan atau amarah tanpa takut dihakimi.

“Kita tidak boleh terburu-buru menghakimi A sebagai ‘anak jahat’. Bisa jadi, ini adalah ledakan dari akumulasi stres, ketidakpahaman, atau bahkan trauma yang tak terlihat,” kata seorang psikolog pendidikan yang enggan disebutkan namanya.



Respons Masyarakat dan Harapan Penegakan Hukum yang Adil
Di media sosial, kasus ini menjadi viral dan memicu perdebatan sengit. Sebagian netizen menuntut keadilan bagi FS, sementara yang lain meminta agar A diberi pendekatan restoratif, bukan hukuman kriminal berat, mengingat usianya yang masih di bawah umur.

Undang-Undang Perlindungan Anak di Indonesia memang memberikan ruang bagi pendekatan rehabilitatif bagi pelaku di bawah usia 18 tahun, terutama bila tindakannya dipengaruhi oleh gangguan psikologis atau tekanan ekstrem. Namun, karena kasus ini melibatkan nyawa manusia, penegakan hukum tetap harus berjalan transparan dan proporsional.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya