Khotbah Jumat 12 Desember 2025: Menolong Sesama Muslim, Wujud Nyata Ukhuwah dalam Aksi Kemanusiaan

Khotbah Jumat 12 Desember 2025: Menolong Sesama Muslim, Wujud Nyata Ukhuwah dalam Aksi Kemanusiaan

Masjid--

Khotbah Jumat 12 Desember 2025: Menolong Sesama Muslim, Wujud Nyata Ukhuwah dalam Aksi Kemanusiaan

Di tengah duka yang sedang melanda sejumlah wilayah di Sumatera akibat banjir bandang dan tanah longsor, umat Islam di seluruh Nusantara diingatkan kembali pada nilai luhur Islam: solidaritas sosial dan tolong-menolong dalam kebajikan. Tepat pada Jumat, 12 Desember 2025, tema khotbah “Keutamaan Menolong Sesama Muslim” hadir bukan hanya sebagai nasihat rohani, melainkan sebagai seruan moral untuk bertindak nyata dalam mengejawantahkan rahmat Islam bagi sesama.



Salat Jumat, sebagai salah satu rukun ibadah wajib bagi laki-laki Muslim yang telah baligh, bukan sekadar ritual pekanan. Ia adalah momentum spiritual sekaligus sosial—tempat umat berkumpul, mendengarkan nasihat, lalu membawa pulang semangat untuk berbuat kebajikan. Dan pada pekan ini, seruan itu terasa lebih mendesak dari biasanya.

Salat Jumat: Ritual yang Mengikat Ukhuwah
Salat Jumat dilaksanakan setiap hari Jumat secara berjamaah di masjid, dengan dua khotbah sebagai rukun utama yang wajib didengarkan. Khotib—penyampai khotbah—memiliki tanggung jawab besar: menyampaikan pesan Ilahi yang relevan dengan realitas umat. Teks khotbah kerap menjadi panduan penting agar pesan disampaikan secara runtut, sistematis, dan berdampak.

Meski perempuan tidak diwajibkan mengikuti salat Jumat, spirit kebersamaan dan kepedulian yang diangkat dalam khotbah sejatinya menyentuh seluruh lapisan umat Islam, tanpa kecuali. Di saat bencana menimpa, batas gender, suku, atau wilayah menjadi kabur—yang tersisa hanyalah jiwa kemanusiaan dan tanggung jawab moral sebagai sesama hamba Allah.


Bencana di Sumatera: Cermin Nyata Kebutuhan Tolong-Menolong
Sudah dua pekan lebih warga di sejumlah daerah Sumatera berjuang bertahan hidup pasca-banjir dan longsor yang menghancurkan rumah, jalan, dan mata pencaharian. Namun, di tengah keputusasaan, cahaya kemanusiaan tetap menyala. Bantuan mengalir dari berbagai penjuru: makanan, pakaian, obat-obatan, hingga tenaga relawan. Ini adalah wujud nyata dari firman Allah dalam Surah Al-Maidah ayat 2:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”

Ayat ini bukan hanya perintah, melainkan prinsip dasar kehidupan bermasyarakat dalam Islam. Ia menegaskan bahwa solidaritas bukan pilihan, melainkan kewajiban moral yang lahir dari iman.

Rasulullah: Teladan dalam Membantu Sesama
Nabi Muhammad SAW tidak hanya mengajarkan kebaikan melalui kata, tetapi juga melalui tindakan. Beliau adalah sosok yang paling peduli terhadap penderitaan umatnya. Dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah memudahkan baginya dari kesulitan di dunia dan akhirat. Siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”

Hadis ini mengungkap kebenaran spiritual yang mendalam: menolong sesama adalah investasi akhirat. Setiap tetes keringat, setiap rupiah yang disumbangkan, bahkan setiap doa yang dihaturkan untuk korban bencana, akan dibalas oleh Allah dengan kelapangan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Muhasabah dan Aksi: Dua Sisi dari Satu Koin Iman
Dalam khotbah pertama, jemaah diingatkan untuk tidak hanya berhenti pada rasa iba, tetapi bergerak. Bencana bukan sekadar ujian bagi korban, melainkan ujian bagi mereka yang masih dalam keadaan aman: apakah kita akan diam, atau bergerak?

Islam mengajarkan muhasabah (introspeksi diri) sebagai langkah awal. Namun, introspeksi tanpa aksi adalah ibadah yang belum sempurna. Menolong sesama Muslim bukan hanya soal memberi, tetapi juga soal menghidupkan nilai ukhuwah islamiyah—persaudaraan yang melampaui ikatan darah dan wilayah.

Dalam konteks kekinian, aksi tolong-menolong bisa beragam bentuk: menyumbang melalui lembaga amal terpercaya, menjadi relawan, menyebarkan informasi valid tentang kebutuhan korban, atau bahkan cukup dengan mendoakan saudara seiman yang sedang tertimpa musibah.

Sumber:

l3

BERITA TERKAIT

Berita Lainnya