Rupiah Melemah Paling Tajam di Asia: Ini Penyebab Utama di Balik Tren Negatif Pagi Ini Rabu, 10 Desember 2025

Rupiah Melemah Paling Tajam di Asia: Ini Penyebab Utama di Balik Tren Negatif Pagi Ini Rabu, 10 Desember 2025

uang-pixabay-

Rupiah Melemah Paling Tajam di Asia: Ini Penyebab Utama di Balik Tren Negatif Pagi Ini Rabu, 10 Desember 2025

Pagi ini, mata uang Garuda kembali menjadi sorotan di pasar keuangan Asia. Rupiah mencatat pelemahan paling dalam dibandingkan seluruh mata uang regional lainnya, menjadikannya sebagai worst performer di kawasan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah 0,05% ke level Rp16.673 per dolar AS. Namun, tekanan jual terus mengalir seiring berjalannya perdagangan pagi, hingga pada pukul 09.08 WIB, rupiah terdepresiasi lebih dalam lagi, mencapai Rp16.692 per dolar AS atau melemah 0,16% dibanding penutupan sebelumnya.



Pergerakan rupiah yang cenderung terpuruk kontras dengan tren positif yang ditunjukkan mayoritas mata uang Asia lainnya. Di tengah sentimen pasar global yang mulai membaik, rupiah justru bergerak berlawanan arah—menjadi satu-satunya mata uang yang terus berada dalam zona merah.

Rupiah Pimpin Pelemahan, Mata Uang Asia Lain Menguat

Data dari pasar keuangan menunjukkan bahwa rupiah bukan sekadar melemah, melainkan memimpin pelemahan di kawasan Asia pagi ini. Di posisi kedua, ringgit Malaysia terdepresiasi 0,15%, sementara won Korea Selatan hanya melemah tipis 0,01%. Selebihnya, hampir semua mata uang regional menunjukkan penguatan terhadap dolar AS.


Yen Jepang mencatat kenaikan paling signifikan dengan apresiasi 0,14%, diikuti oleh dolar Taiwan yang naik 0,04%, dolar Singapura 0,03%, dan peso Filipina 0,02%. Kondisi ini menegaskan bahwa sentimen risk-on mulai kembali menguat di pasar Asia—namun rupiah justru tertinggal jauh di belakang.

Ketidakpastian Domestik Jadi Faktor Penekan

Analis pasar menilai bahwa melemahnya rupiah bukan semata-mata akibat dinamika eksternal seperti pergerakan dolar AS atau sentimen investor global yang risk-off. Melainkan, hal ini lebih mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan dalam negeri Indonesia.

“Rupiah yang terus melemah di tengah penguatan mata uang regional menunjukkan adanya ketidakpastian domestik yang belum sepenuhnya bisa diatasi,” ujar seorang ekonom senior dari lembaga riset keuangan Jakarta. Faktor-faktor seperti kebijakan fiskal yang masih agresif, defisit transaksi berjalan yang menganga, serta potensi gejolak politik menjelang pemilu lokal bisa menjadi pemicu utama keengganan investor asing untuk menanamkan modal jangka panjang di Indonesia.

Belum lagi, inflasi inti yang masih berada di atas target Bank Indonesia (BI), serta ketidakseimbangan neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir, turut memperkeruh kepercayaan pasar terhadap fundamental rupiah.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya