Tragedi di Lereng Lawu: Dua Pelari Meninggal Dunia dalam Ajang Trail Run Siksorogo Lawu Ultra 2025

Tragedi di Lereng Lawu: Dua Pelari Meninggal Dunia dalam Ajang Trail Run Siksorogo Lawu Ultra 2025

Run-Instagram-

Tragedi di Lereng Lawu: Dua Pelari Meninggal Dunia dalam Ajang Trail Run Siksorogo Lawu Ultra 2025

Dunia olahraga lari tanah air sedang berduka. Ajang trail run bergengsi Siksorogo Lawu Ultra (SLU) 2025, yang digelar di kawasan lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah, berujung tragis. Dua pelari, Sigit Joko Purnomo dan Pujo Buntoro, dilaporkan meninggal dunia saat mengikuti lomba tersebut pada Minggu, 7 Desember 2025. Kabar duka ini pertama kali viral melalui unggahan akun media sosial @jateng_twit, yang menyebutkan bahwa “Gelaran Siksorogo Lawu Ultra (SLU) 2025 yang digelar di lereng Gunung Lawu, Minggu, 7 Desember 2025 memakan korban jiwa.”



Peristiwa ini sontak mengundang sorotan luas dari publik, komunitas pelari, hingga pemerhati keselamatan olahraga ekstrem. Banyak yang bertanya-tanya: apa sebenarnya Siksorogo Lawu Ultra? Dan bagaimana trail run, jenis olahraga yang mereka ikuti, bisa berujung pada kejadian memilukan seperti ini?

Mengenal Siksorogo Lawu Ultra: Ajang Lari Ekstrem di Kaki Gunung Lawu
Siksorogo Lawu Ultra merupakan ajang lari jarak jauh yang diselenggarakan di Desa Siksorogo, Karanganyar, Jawa Tengah—tepat di kaki Gunung Lawu, salah satu gunung paling sakral dan menantang di Pulau Jawa. Menurut informasi dari Indonesia Muda Road Runner yang dirilis pada 8 Desember 2025, SLU adalah bagian dari gelaran trail run nasional yang menawarkan pengalaman berlari di medan alam liar dengan rute yang dirancang untuk menguji ketahanan fisik dan mental para peserta.

Ajang ini menarik perhatian ribuan pelari dari berbagai daerah, termasuk mereka yang sudah berpengalaman di ajang ultra trail internasional. Biasanya, SLU menawarkan beberapa kategori jarak, mulai dari 25 km hingga ultra marathon (100 km lebih), dengan rute melintasi hutan, lembah, perbukitan curam, hingga puncak-puncak minor di sekitar Gunung Lawu.


Namun, keindahan alam dan tantangan medan yang ekstrem juga menyimpan risiko tinggi—terutama jika persiapan logistik, medis, atau mitigasi bencana tidak dilakukan secara maksimal.

Apa Itu Trail Run? Olahraga Ekstrem yang Menggabungkan Petualangan dan Ketahanan
Trail run—atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai trail running—bukan sekadar lari biasa. Menurut definisi dari Decathlon (8 Desember 2025), trail running adalah bentuk aktivitas lari yang dilakukan di luar jalur aspal dan jauh dari jalan raya. Aktivitas ini mengajak pelari menyusuri medan alam terbuka seperti hutan, pegunungan, sungai, dan jalur pendakian dengan permukaan yang tidak rata—mulai dari tanah liat, bebatuan, akar pohon, hingga tanjakan dan turunan ekstrem.

Berbeda dengan lari jalan raya (road running) yang relatif stabil dan datar, trail run menuntut keseimbangan, kekuatan inti tubuh, serta pengetahuan navigasi. Bahkan cuaca—seperti kabut tebal, hujan deras, atau suhu ekstrem—bisa menjadi faktor penentu keselamatan pelari.

Dalam konteks Siksorogo Lawu Ultra, medan yang dilewati dikenal sangat menantang. Rute lomba sering kali berada di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu yang bisa turun drastis di malam hari. Kondisi ini membutuhkan persiapan ekstra—baik dari sisi fisik peserta maupun dukungan logistik penyelenggara.

Dua Jiwa yang Gugur: Mengenang Sigit Joko Purnomo dan Pujo Buntoro
Nama Sigit Joko Purnomo dan Pujo Buntoro kini menjadi simbol keprihatinan bersama. Mereka bukan hanya pelari biasa, melainkan sosok yang dikenal aktif dalam komunitas lari tanah air. Menurut beberapa sumber dari sesama pelari, keduanya dikenal sebagai sosok yang penuh semangat, terlatih, dan kerap mengikuti berbagai ajang trail run nasional.

Baca juga: Menkes Siapkan 300 Dokter Magang untuk Perkuat Pelayanan Kesehatan di Posko Pengungsi Bencana Sumatra

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya