Menkes Siapkan 300 Dokter Magang untuk Perkuat Pelayanan Kesehatan di Posko Pengungsi Bencana Sumatra

Menkes Siapkan 300 Dokter Magang untuk Perkuat Pelayanan Kesehatan di Posko Pengungsi Bencana Sumatra

Menkes-Instagram-

Menkes Siapkan 300 Dokter Magang untuk Perkuat Pelayanan Kesehatan di Posko Pengungsi Bencana Sumatra

Dalam upaya memperkuat respons kemanusiaan pascabencana yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra, khususnya Aceh, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengumumkan rencana pengerahan ratusan tenaga medis, termasuk dokter magang, ke pusat-pusat pengungsian dan fasilitas kesehatan terdampak. Langkah ini diambil untuk mengatasi krisis layanan kesehatan yang kian mengkhawatirkan akibat infrastruktur yang rusak, akses terbatas, serta kekurangan tenaga medis di lapangan.



Komitmen tersebut disampaikan Menkes dalam rapat koordinasi penanganan bencana bersama Presiden Prabowo Subianto pada Minggu malam, 7 Desember 2025, di Banda Aceh. Rapat ini merupakan bagian dari kunjungan kedua Presiden ke Aceh sejak bencana melanda pada awal Desember 2025. Dalam pertemuan tersebut, Menkes menekankan bahwa ancaman terbesar pasca bencana bukan hanya dari kerusakan fisik, tetapi juga dari merebaknya penyakit kronis dan komplikasi medis yang memerlukan penanganan segera.

Korban Bencana Rentan Terhadap Komplikasi Medis Serius
Menkes Budi mengungkapkan bahwa sejumlah kasus kematian pasca bencana justru disebabkan oleh penyakit yang seharusnya dapat dicegah atau ditangani bila fasilitas kesehatan berfungsi optimal. “Penyakit yang kita sudah temui sekarang, di atas 10 kasus kematian terkait ibu hamil yang proses persalinannya tertunda,” ungkapnya.

Selain itu, ia menyoroti ancaman terhadap pasien dengan gangguan ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah secara rutin. “Banyak pasien cuci darah—bisa sampai tiga kali seminggu. Kalau berhenti, nyawa mereka terancam,” tambah Budi.


Kondisi ini memperparah tekanan terhadap sistem layanan kesehatan yang sudah lumpuh akibat kerusakan infrastruktur. Menkes menegaskan bahwa pemerintah kini berlomba melawan waktu untuk memulihkan fungsi rumah sakit di 18 kabupaten/kota di Aceh. Dari jumlah tersebut, 12 rumah sakit sudah beroperasi penuh, sementara 6 lainnya masih menghadapi kendala serius—baik dalam hal akses jalan, pasokan listrik, maupun ketersediaan tenaga medis.

Enam Rumah Sakit Belum Optimal, Akses Jadi Kendala Utama
Enam rumah sakit yang belum beroperasi secara optimal tersebar di Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tamiang, dan Gayo Lues. Menkes menjelaskan bahwa tiga di antaranya—Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues—mengalami hambatan besar karena akses jalan yang masih terputus akibat longsor dan banjir bandang.

“Di Bener Meriah, saya dengar jalan akan bisa dilewati dalam tiga hari lagi. Aceh Tengah diperkirakan terbuka pada 17 Desember, dan Gayo Lues masih menunggu penanganan darurat,” ungkapnya. Ia pun meminta dukungan penuh dari pemerintah pusat dan instansi terkait agar akses menuju ketiga wilayah tersebut segera dibuka, mengingat nyawa pasien—terutama ibu hamil dan pasien cuci darah—bergantung pada kelancaran logistik dan transportasi medis.

Listrik dan BBM Mulai Pulih, Namun Logistik untuk Tenaga Medis Masih Kurang
Kabar baik datang dari sektor energi. Menkes mengonfirmasi bahwa pasokan listrik dan bahan bakar minyak (BBM) ke rumah sakit mulai membaik berkat koordinasi dengan Kementerian ESDM dan Pertamina. Namun, tantangan baru muncul dari segi kesejahteraan tenaga kesehatan di lapangan.

“Tim kesehatan di lokasi bencana sangat semangat melayani, tapi mereka kesulitan mendapatkan makanan layak,” ungkap Budi. Menanggapi hal ini, ia mengusulkan kepada Presiden agar dapur umum didirikan khusus untuk tenaga medis dan keluarganya. “Kalau bisa, prioritas dapur umum diberikan kepada tenaga kesehatan agar mereka tenang dan fokus memberikan pelayanan,” tegasnya.

Lebih jauh, Menkes juga meminta dukungan dari Menteri Perumahan untuk membangun hunian sementara bagi tenaga medis di sekitar rumah sakit. “Mereka butuh tempat tinggal yang aman dan layak agar bisa bekerja dengan tenang,” tambahnya.

Kekurangan Tenaga Medis, Menkes Minta Bantuan TNI dan Polri
Salah satu tantangan terberat dalam penanganan kesehatan pascabencana adalah kekurangan tenaga medis. Banyak dokter dan perawat yang menjadi korban langsung dari bencana alam, sehingga tidak dapat bertugas. Menghadapi situasi ini, Menkes mengajukan permohonan bantuan khusus kepada Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, yang sebelumnya juga menyoroti pentingnya antisipasi wabah penyakit pascabanjir.

“Saya butuh sekitar 300 dokter dalam tiga bulan ke depan untuk mengisi kekosongan di puskesmas dan rumah sakit darurat,” kata Budi. Ia menilai bahwa TNI dan Polri memiliki kapasitas logistik dan mobilitas yang lebih baik untuk mendukung penempatan cepat tenaga medis ke daerah terpencil.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya