Prabowo Tegaskan Sanksi Tegas untuk Kepala Daerah yang Mangkir saat Bencana: Itu Namanya Desersi!

Prabowo Tegaskan Sanksi Tegas untuk Kepala Daerah yang Mangkir saat Bencana: Itu Namanya Desersi!

Prabowo-Instagram-

Integritas Kepemimpinan di Saat Krisis
Lebih dari sekadar soal administrasi atau hukum, pernyataan Prabowo menyentuh akar dari etika kepemimpinan. Di tengah kondisi darurat—ketika rakyat kehilangan tempat tinggal, akses pangan, dan rasa aman—kehadiran pemimpin menjadi simbol harapan, bukan justru sumber kekecewaan.

Dalam konteks ini, sikap seorang kepala daerah bukan hanya soal kebijakan, tetapi juga komitmen emosional terhadap rakyatnya. Meninggalkan pos ketika bencana melanda bukan hanya pelanggaran administratif; itu adalah pengkhianatan terhadap amanah yang dipercayakan rakyat.



Baca juga: Isu BCL Gugat Cerai Tiko Aryawardhana: Fakta atau Hoaks? Ini Penjelasan Lengkapnya!

Respons Publik dan Tuntutan Reformasi Etika Kepemimpinan
Kasus Mirwan MS telah menjadi viral di media sosial, dengan tagar #CopotBupatiDesersi sempat menjadi trending di Twitter. Warga Aceh Selatan mengekspresikan kemarahan dan kekecewaan, mempertanyakan komitmen pemimpin mereka di saat paling dibutuhkan.

Banyak aktivis sosial dan akademisi menilai bahwa kasus ini harus menjadi momentum untuk mereformasi sistem pertanggungjawaban kepala daerah, termasuk penguatan mekanisme pengawasan dan sanksi yang lebih cepat dan tegas.


Penutup: Kepemimpinan Bukan tentang Jabatan, Tapi Tanggung Jawab
Pernyataan keras Prabowo Subianto kali ini bukan hanya sebuah peringatan kepada satu bupati, tapi juga panggilan moral kepada seluruh penyelenggara negara di daerah: bahwa kepemimpinan yang sesungguhnya diuji bukan saat cuaca sedang cerah, melainkan ketika badai datang.

Dengan landasan hukum yang kuat, dukungan politik yang tegas, dan tekanan dari masyarakat sipil, langkah Prabowo menegaskan satu prinsip fundamental: di masa krisis, tak ada ruang bagi pemimpin yang kabur.

 

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya