Taufik Hidayat Wamenpora Beri Penjelasan Jika Atlet Bukan Milik Pelatnas atau Non-Pelatnas—Mereka Milik Indonesia!
Taufik-Instagram-
Taufik Hidayat Wamenpora Beri Penjelasan Jika Atlet Bukan Milik Pelatnas atau Non-Pelatnas—Mereka Milik Indonesia!
Di tengah hangatnya perbincangan publik mengenai perbedaan perlakuan antara atlet Pelatnas PBSI dan atlet non-pelatnas, Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga (Wamenpora) sekaligus legenda bulu tangkis nasional, Taufik Hidayat, angkat bicara. Dengan tegas, Taufik menolak adanya dikotomi yang memecah belah semangat kebersamaan dalam dunia olahraga Tanah Air.
Bagi Taufik, baik atlet yang berlatih di dalam sistem Pelatnas maupun yang memilih jalur independen di luar pelatnas, semuanya tetaplah duta bangsa. “Di belakang atlet itu ada nama Indonesia, bukan nama pribadi atau daerah. Itu yang harus digarisbawahi,” ujar peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini dalam sebuah kesempatan wawancara eksklusif.
Prestasi Lahir dari Proses Panjang, Bukan Sesaat
Taufik mengingatkan publik bahwa kesuksesan seorang atlet tidak muncul tiba-tiba. Di balik setiap medali, gelar, atau sorotan media, ada ribuan jam latihan, pengorbanan, serta pembinaan berkelanjutan yang melibatkan pelatih, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Ia mencontohkan sosok Jonatan Christie, yang kini menjadi andalan tim nasional. “Jojo itu juga lama di pelatnas. Ia melewati proses panjang sebelum menjadi bintang seperti sekarang. Begitu pun dengan Sabar Karyaman Gutama dan Muhammad Reza Pahlevi Isfahani—kita lihat bagaimana usia dan proses membentuk mereka,” paparnya.
Menurut Taufik, fokus seharusnya bukan pada siapa yang sedang ‘gacor’ atau sedang jadi sorotan, melainkan pada bagaimana membangun ekosistem olahraga yang inklusif dan berkelanjutan. “Ini bukan soal popularitas momen, tapi soal pembinaan jangka panjang,” tegasnya.
Jangan Jadikan Atlet sebagai Alat Perdebatan
Sebagai Wakil Ketua Umum PBSI, Taufik juga mengimbau masyarakat, terutama media dan netizen, untuk tidak mempertentangkan pelatnas versus non-pelatnas. Ia menilai perbedaan pilihan dalam metode pelatihan—apakah di dalam sistem resmi atau di luar—adalah hak setiap atlet, selama tujuan akhirnya sama: mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
“Media juga tolong jangan memperkeruh suasana. Kadang framing-nya seperti ada pihak yang ‘lebih Indonesia’ daripada yang lain. Padahal, mereka semua sama,” ucapnya dengan nada prihatin.