Profil Tampang Iwan Pitung Viral Usai Kisruh Parkir RSUD Karawang, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG, Benarkah Anggota Pemuda Pancasila?

Profil Tampang Iwan Pitung Viral Usai Kisruh Parkir RSUD Karawang, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG, Benarkah Anggota Pemuda Pancasila?

Iwan-Instagram-

Profil Tampang Iwan Pitung Viral Usai Kisruh Parkir RSUD Karawang, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG, Benarkah Anggota Pemuda Pancasila?
Nama Iwan Pitung tiba-tiba menjadi perbincangan hangat di jagat media sosial beberapa pekan terakhir. Bukan karena karya seni atau kebijakan publik, melainkan lantaran keterlibatannya dalam sengketa pengelolaan lahan parkir di lingkungan RSUD Karawang. Sosoknya digambarkan sebagai “pembela rakyat” oleh sebagian pihak, namun tak sedikit pula yang menudingnya sebagai aktor premanisme berkedok kepentingan masyarakat. Lalu, siapa sebenarnya Iwan Pitung? Dan apa yang sebenarnya terjadi di balik konflik yang mengguncang salah satu fasilitas kesehatan terpenting di Karawang ini?

Iwan Pitung: Antara Legenda Lokal dan Kontroversi Sosial
Nama Iwan Pitung memang bukan nama asing di kalangan warga Karawang, khususnya di wilayah sekitar RSUD. Ia kerap tampil garang dalam berbagai konflik sosial, terutama yang menyangkut perebutan sumber daya ekonomi di tingkat akar rumput. Belakangan, ia bahkan menjadi semacam “ikon” bagi sekelompok masyarakat yang menyebut diri sebagai “pembela rakyat” — istilah yang kerap digunakan untuk membenarkan tindakan kolektif, bahkan ketika batas antara perjuangan dan premanisme menjadi kabur.



Namun, popularitasnya yang tiba-tiba meledak di media sosial dalam beberapa pekan terakhir memicu gelombang pro dan kontra. Di satu sisi, ada yang memujanya sebagai sosok “Robin Hood modern” yang melindungi rakyat kecil dari eksploitasi korporasi. Di sisi lain, banyak pihak mempertanyakan motif sebenarnya di balik aksi-aksinya, terutama ketika uang dan kekuasaan ikut terlibat.

Sengketa Lahan Parkir RSUD Karawang: Benih Konflik yang Lama Mengendap
Konflik yang membuat nama Iwan Pitung kembali mencuat bermula dari keputusan Direktur RSUD Karawang yang menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada PT Sigma Park, sebuah perusahaan yang memenangkan tender resmi untuk mengelola lahan parkir rumah sakit tersebut. Secara administratif dan hukum, langkah ini sah dan sesuai dengan prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Namun, masalah muncul ketika kelompok yang selama ini menguasai lahan parkir — yang diklaim dekat dengan Kepala Desa Sukaharja, Ujang Kartiwa — menolak menyerahkan pengelolaan. Mereka bersikeras bahwa mereka memiliki “hak historis” atas lahan tersebut, meski tidak memiliki dokumen legal yang kuat.


Dalam mediasi yang difasilitasi oleh pihak RSUD, termasuk Humas RSUD Ruhimin dan dr. Dwi Susilo, kedua pihak gagal mencapai kesepakatan. PT Sigma Park melalui juru bicaranya, Nurdin Syam, menegaskan legalitas operasional mereka.

“Kami memiliki SPK resmi yang ditandatangani oleh Direktur RSUD. Secara hukum, kami berhak mengelola parkir di sini. Kami juga berkomitmen mempekerjakan tenaga lokal agar tidak menimbulkan gejolak sosial,” ujar Syam tegas.

Intervensi Pemerintah Daerah: Wakil Bupati Turun Tangan
Melihat eskalasi ketegangan yang terus meningkat, Wakil Bupati Karawang, Jimmy, akhirnya turun tangan langsung ke lokasi. Dalam kunjungannya, Jimmy menegaskan bahwa prioritas utamanya adalah menjaga tarif parkir tetap terjangkau bagi masyarakat, terutama pasien dan pengunjung rumah sakit.

“RSUD ini milik pemerintah daerah, bukan milik swasta. Siapa pun yang mengelola harus memastikan tarifnya terjangkau. Kami tidak ingin rakyat terbebani,” tegas Jimmy.

Ia juga menanggapi isu sensitif tentang keterlibatan Iwan Pitung. Meski banyak spekulasi beredar, termasuk kemungkinan konflik pribadi antara dirinya dan tokoh tersebut, Jimmy membantah tegas.

“Tidak ada masalah pribadi dengan Bang Iwan. Yang jadi persoalan adalah praktik premanisme. Kami harus tegas memberantasnya,” tegasnya.

Respons Warganet: Antara Cemas, Skeptis, dan Sinis
Kasus ini pun viral di media sosial. Beragam tanggapan bermunculan, mencerminkan kecemasan publik terhadap praktik pengelolaan aset publik yang tidak transparan.

Salah satu pengguna media sosial, Gilang Adnan, menulis:

“Lahan duit na kaganggu — pasti rebutan. Ini bukan soal rakyat, tapi soal siapa yang ngambil untung.”

Sementara akun DerbyMF menimpali dengan nada sinis:

“Sudah biasa pakai alibi ‘membela rakyat’, padahal yang dibela itu kantong sendiri.”

Kritik juga datang terhadap penggunaan nama “Pitung” — merujuk pada Si Pitung, tokoh legendaris Betawi yang dikenal sebagai pencuri yang membela kaum tertindas. Seorang warganet bernama Enci menulis:

“Pakai nama Pitung ya? Si Pitung itu legenda, dianggap pahlawan, bukan preman.”

Ada pula yang menyuarakan kekhawatiran lebih dalam. Akun Sultan berkomentar:

“Ngak ada rakyat yang dibela. Yang jelas itu buat kantong pribadi nyaa.”

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya