Siapa Julia Prastini Alias Jule? TikToker dan Istri Na Daehoo yang Diduga Berselingkuh dengan Safrie Ramadan, Ternyata Seorang Penghafal Al-Qur’an

Siapa Julia Prastini Alias Jule? TikToker dan Istri Na Daehoo yang Diduga Berselingkuh dengan Safrie Ramadan, Ternyata Seorang Penghafal Al-Qur’an

Jule-Instagram-

Siapa Julia Prastini Alias Jule? TikToker dan Istri Na Daehoo yang Diduga Berselingkuh dengan Safrie Ramadan, Ternyata Seorang Penghafal Al-Qur’an
Di balik senyum ceria dan konten kekinian di media sosial, Julia Prastini menyimpan kisah spiritual yang begitu menginspirasi. Siapa sangka, perempuan muda berdarah Tionghoa yang kini dikenal sebagai “Mama Jule” di dunia maya ternyata adalah seorang hafidzah Al-Qur’an—sebutan mulia bagi perempuan yang hafal 30 juz Al-Qur’an. Perjalanan hidupnya dari keluarga Kristen ke pelukan Islam tidak hanya penuh liku, tapi juga sarat makna dan keteguhan iman.

Siapa Itu Julia Prastini?
Julia Prastini, atau yang akrab disapa Jule, adalah seorang konten kreator asal Indonesia yang kini tinggal di Korea Selatan bersama suaminya, Na Daehoon. Di usianya yang masih muda—22 tahun—Jule telah menjadi ibu dari dua anak, sekaligus figur publik yang aktif membagikan kehidupan sehari-hari, parenting, hingga nilai-nilai Islam melalui platform Instagram (@juliaprt7) dan TikTok (@juletrulala).



Namun, di balik citra selebgram yang modis dan kekinian, tersimpan kisah transformasi spiritual yang luar biasa: Julia adalah seorang mualaf yang memeluk Islam sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Awal Mula Masuk Islam: Dari Keluarga Kristen ke Pelukan Al-Qur’an
Julia lahir dan tumbuh dalam keluarga Tionghoa yang menganut agama Kristen. Semua anggota keluarganya, termasuk kedua orang tuanya dan adiknya, dulunya beragama Kristen. Namun, takdir berkata lain. Sang ibu—yang kini menjadi sosok sentral dalam perjalanan spiritual keluarga ini—terlebih dahulu memeluk Islam.

Dalam wawancara eksklusifnya di kanal YouTube Ape Astronaut pada 27 Februari 2023, Julia menceritakan momen bersejarah itu. “Mama masuk Islam duluan, sekitar dua tahun sebelum aku dan adik,” ungkapnya.


Namun, keputusan sang ibu untuk menjadi Muslimah bukan tanpa tantangan. Ia mengaku bingung bagaimana mendidik anak-anaknya dalam ajaran Islam, karena saat itu ilmu agamanya pun masih sangat terbatas. “Mama waktu itu merasa tidak cukup ilmu untuk mengajarkan kami tentang Islam,” kenang Julia.

Untuk mengatasi kebimbangan itu, sang ibu meminta nasihat seorang ustadz. Sang ustadz pun memberikan saran yang tak biasa: “Masukkan anak-anakmu ke pesantren.”

Perlawanan Awal dan Perjalanan ke Pesantren
Usulan itu awalnya ditolak mentah-mentah oleh Julia. Saat itu, ia baru saja memeluk Islam—baru genap sebulan—dan masih sangat asing dengan lingkungan pesantren. “Aku nangis, nggak mau. Takut, nggak kenal siapa-siapa,” ungkapnya jujur.

Namun, sang ibu tak menyerah. Dengan penuh kesabaran, ia menjelaskan pentingnya pendidikan agama sejak dini. Perlahan, hati Julia luluh. Ia pun akhirnya bersedia masuk pesantren bersama sang adik.

Namun, adaptasi di pesantren bukan perkara mudah. Julia kerap mengeluh, merasa tidak betah, bahkan sering jatuh sakit. Ia merasa asing, rindu rumah, dan kesulitan menyesuaikan diri dengan rutinitas santri yang disiplin dan penuh aturan.

“Waktu itu aku sering bilang ke mama, ‘Aku mau pulang, nggak tahan di sini,’” kenangnya.

Titik Balik: Menemukan Keindahan Islam Setelah Tujuh Tahun
Perjalanan spiritual Julia tidak instan. Butuh waktu hingga tujuh tahun sejak ia memeluk Islam untuk benar-benar merasakan kedamaian dan keindahan ajaran Islam.

“Baru setelah tujuh tahun, aku benar-benar merasakan bahwa Islam itu indah. Islam itu menyatukan, nggak pandang suku, ras, atau latar belakang,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Perlahan tapi pasti, Julia mulai mencintai Al-Qur’an. Ia tekun menghafal ayat demi ayat, mengikuti program tahfidz di pesantren, dan akhirnya berhasil menjadi hafidzah—sebuah pencapaian luar biasa yang tidak semua orang mampu raih.

“Jadi hafidzah itu bukan cuma soal hafalan, tapi juga soal komitmen, konsistensi, dan cinta kepada Allah,” katanya.

Kehidupan Baru di Korea Selatan: Menjadi Muslimah di Negeri Minoritas
Kini, Julia tinggal di Korea Selatan bersama suaminya, Na Daehoon, seorang warga negara Korea. Meski tinggal di negara dengan populasi Muslim yang sangat minoritas, Julia tetap konsisten menjalankan ajaran Islam dan mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai Al-Qur’an.

Melalui media sosial, ia aktif membagikan konten edukatif tentang kehidupan Muslimah di luar negeri, tantangan menjadi minoritas, hingga tips parenting berbasis Islam. Gaya penyampaiannya yang santai, hangat, dan relatable membuat banyak netizen terinspirasi.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya