Jawa Timur Rayakan HUT RI ke-80 dengan Ekspedisi Kebangsaan di Puncak Arjuno: Bendera Raksasa dan 250 Bibit Pohon untuk Kehidupan

Bendera-Instagram-
Jawa Timur Rayakan HUT RI ke-80 dengan Ekspedisi Kebangsaan di Puncak Arjuno: Bendera Raksasa dan 250 Bibit Pohon untuk Kehidupan
Malang, 15 Agustus 2025 – Dalam semangat memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80, Provinsi Jawa Timur menggelar aksi kebangsaan yang spektakuler dan penuh makna. Sebanyak 361 pendaki muda dari berbagai penjuru Jawa Timur dilepas secara resmi oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, untuk mendaki Gunung Arjuno, guna mengibarkan bendera Merah Putih raksasa sepanjang 80 meter di puncak gunung setinggi 3.339 meter di atas permukaan laut (mdpl). Aksi ini bukan sekadar simbol, tetapi juga bagian dari gerakan konservasi dan perjuangan generasi muda untuk menjaga kelestarian alam.
Pelepasan tim ekspedisi yang diberi nama “Tim Ekspedisi 80 Arjuno” digelar di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, Kabupaten Malang, pada Jumat, 15 Agustus 2025. Acara dihadiri oleh pejabat pemerintah daerah, tokoh masyarakat, relawan lingkungan, serta perwakilan pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam tim pendakian. Gubernur Khofifah, yang hadir dengan semangat nasionalisme tinggi, menekankan bahwa perayaan kemerdekaan kali ini sengaja dibuat berbeda—lebih dalam, lebih bermakna, dan lebih dekat dengan nilai-nilai perjuangan sejati.
“Kita tidak hanya merayakan kemerdekaan dengan upacara di halaman kantor atau lapangan umum. Kali ini, kita membawa semangat Merah Putih hingga ke puncak Arjuno, sebagai simbol bahwa cinta tanah air harus sampai di tempat yang paling tinggi dan paling sulit,” ujar Khofifah dengan penuh semangat.
Bendera 80 Meter di Puncak Arjuno: Simbol Kemerdekaan yang Menyentuh Langit
Yang membuat ekspedisi ini begitu istimewa adalah pengibaran bendera Merah Putih berukuran 80 meter x 10 meter di puncak Gunung Arjuno. Ukuran bendera ini sengaja dipilih untuk menghormati usia kemerdekaan Indonesia yang memasuki tahun ke-80. Bendera raksasa tersebut dibawa secara estafet oleh para pendaki, melewati medan yang terjal dan cuaca ekstrem, sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan yang dulu rela berjalan jauh demi merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Sebelum mencapai puncak, tim juga akan menggelar upacara bendera simbolik di Pasar Dieng, sebuah dataran tinggi di ketinggian 2.000 mdpl. Upacara ini diikuti oleh masyarakat lokal, pelajar, dan petugas konservasi, menjadi bagian dari rangkaian kegiatan “Merdeka di Ketinggian” yang digagas oleh Pemprov Jawa Timur.
“Kita ingin menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan bukan hanya milik kota, bukan hanya milik pusat pemerintahan. Ia harus hadir di pelosok, di pegunungan, di tempat-tempat yang sering terlupakan,” tambah Khofifah.
Perjuangan Zaman Now: Menanam Pohon sebagai Aksi Patriotisme
Namun, ekspedisi ini bukan hanya soal bendera dan upacara. Di balik kemeriahan, tersimpan misi mulia: konservasi lingkungan. Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Khofifah menyerahkan 200 bibit pohon cemara gunung dan 50 bibit eucalyptus kepada perwakilan tim pendaki, untuk ditanam di kawasan Tahura Raden Soerjo dan sekitar jalur pendakian Gunung Arjuno.
Pohon-pohon ini dipilih karena kemampuannya dalam menyerap air, mencegah erosi, dan menjaga kualitas tanah di kawasan hulu. Penanaman dilakukan secara bertahap selama perjalanan ekspedisi, dengan harapan dapat menjadi embrio sumber air baru yang kelak bermanfaat bagi lima dusun di sekitar Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
“Dulu, para pahlawan berjuang dengan senjata. Hari ini, kita berjuang dengan cangkul, bibit pohon, dan kesadaran. Menanam adalah perjuangan zaman sekarang,” tegas Khofifah, disambut tepuk tangan meriah dari peserta.
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur, degradasi hutan di kawasan hulu DAS Brantas telah menyebabkan berkurangnya debit air, terutama di musim kemarau. Dengan penanaman ratusan pohon ini, diharapkan dapat memulihkan fungsi ekosistem hutan, meningkatkan kapasitas resapan air, dan mendukung ketahanan air bagi masyarakat sekitar.
Merdeka di Berbagai Ketinggian: Upacara di Lima Titik Strategis
Ekspedisi 80 Arjuno bukan satu-satunya aksi kemerdekaan di kawasan pegunungan. Secara paralel, masyarakat dan Tim Tahura juga menggelar upacara bendera di lima titik strategis lainnya, yang masing-masing mewakili ketinggian dan makna tersendiri:
Bukit Semar (933 mdpl) – Simbol awal semangat kemerdekaan
Bukit Watu Jengger (1.100 mdpl) – Tempat refleksi dan renungan
Bukit Cendono (1.131 mdpl) – Titik konservasi hutan dataran tinggi
Gunung Pundak (1.585 mdpl) – Zona penyangga ekosistem hutan
Bukit Lincing (1.860 mdpl) – Gerbang menuju puncak Arjuno
Setiap lokasi tidak hanya menjadi tempat pengibaran bendera, tetapi juga pusat aksi nyata: penanaman pohon, pembersihan sampah pendaki, dan sosialisasi pentingnya menjaga hutan. Aksi ini melibatkan komunitas lokal, relawan lingkungan, dan pelajar, menciptakan gerakan kolektif yang menyebar dari kaki gunung hingga puncak.
Makna Kemerdekaan di Usia 80: Melestarikan Alam sebagai Warisan Bangsa
Bagi Gubernur Khofifah, perayaan HUT RI ke-80 harus menjadi momentum untuk merefleksikan kembali makna kemerdekaan. Di usia yang semakin matang, Indonesia tidak hanya dituntut untuk merayakan, tetapi juga membangun dan melestarikan.
“Kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajah. Kemerdekaan sejati adalah ketika kita bisa hidup berdampingan dengan alam, menjaga bumi untuk generasi mendatang, dan memastikan bahwa anak cucu kita masih bisa menikmati air bersih, udara segar, dan hutan yang lestari,” ujarnya.
Ia menambahkan, perjuangan melestarikan alam adalah bentuk patriotisme modern. “Kalau dulu kita berjuang melawan penjajah, hari ini kita berjuang melawan kerusakan lingkungan, perubahan iklim, dan eksploitasi alam yang berlebihan.”