Waspada Siklon Senyar: Ancaman Cuaca Ekstrem yang Mengintai NTT di Awal 2026
Fenomena Alam Hujan Meteor--
Waspada Siklon Senyar: Ancaman Cuaca Ekstrem yang Mengintai NTT di Awal 2026
Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sekitarnya diminta untuk mewaspadai kedatangan Siklon Senyar, sistem cuaca ekstrem yang diprediksi akan melanda wilayah tersebut pada awal Januari 2026. Peringatan ini disampaikan langsung oleh Dr. Erma Yulihastin, peneliti klimatologi senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui unggahan di akun Twitter pribadinya, @eyulihastin, pada Kamis, 11 Desember 2025.
Dalam cuitannya yang kini telah dibagikan oleh lebih dari 60.700 pengguna media sosial, Erma menjelaskan bahwa Siklon Senyar bukan sekadar fenomena cuaca biasa. Sistem ini berpotensi memicu serangkaian bencana alam yang membahayakan nyawa, infrastruktur, dan aktivitas ekonomi di wilayah timur Indonesia—khususnya NTT dan perbatasan Timor Leste.
Siklon Senyar dan Ancaman Multidimensi yang Mengikutinya
Menurut Erma, Siklon Senyar merupakan sistem tekanan rendah yang dapat dengan cepat berkembang menjadi badai tropis atau siklon tropis dalam waktu singkat. Yang membuatnya semakin berbahaya adalah lokasi dan waktu kedatangannya yang bertepatan dengan masa libur Natal dan Tahun Baru—periode di mana mobilitas penduduk mencapai puncaknya.
“Waspadai Senyar berikutnya, yang diperkirakan akan mendarat di NTT selama periode 1–10 Januari 2026,” tulis Erma. Prediksi ini, lanjutnya, berasal dari sistem permodelan canggih KAMAJAYA-BRIN, yaitu platform prediksi Subseasonal-to-Seasonal beresolusi tinggi yang dirancang khusus untuk memitigasi risiko cuaca ekstrem hingga enam bulan ke depan.
Beberapa ancaman utama yang diwaspadai dari kehadiran Siklon Senyar meliputi:
Hujan ekstrem yang berlangsung dalam durasi panjang
Angin kencang yang bertahan berjam-jam
Gelombang laut tinggi yang mengancam nelayan dan pelayaran
Banjir bandang di daerah dataran rendah dan perkotaan
Tanah longsor di wilayah perbukitan dan pegunungan
Puncak Risiko: Libur Akhir Tahun, Mobilitas Tinggi, dan Kesiapsiagaan Rendah
Salah satu aspek paling mengkhawatirkan dari peringatan ini adalah waktunya yang bersamaan dengan libur akhir tahun. Menurut Erma, periode 11–20 Desember 2025 merupakan fase puncak risiko, di mana kondisi atmosfer paling mendukung pembentukan dan penguatan siklon tersebut. Ancaman ini kemudian berpotensi berlanjut hingga awal 2026.
“Bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru, mobilitas masyarakat tinggi,” demikian penjelasan Erma dalam poster ilmiah yang menyertai unggahannya. Kondisi ini berpotensi memperparah dampak bencana, karena banyak warga mungkin sedang dalam perjalanan atau berkumpul di lokasi-lokasi yang rentan terhadap banjir dan longsor.
Di sisi lain, kesiapsiagaan masyarakat—terutama di daerah terpencil—sering kali masih terbatas. Padahal, deteksi dini dan respons cepat menjadi kunci dalam meminimalkan korban jiwa dan kerugian material.
Baca juga: Susu Rekombinasi Itu Apa? Viral Usai Digunakan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG)