Profil Pemilik Ponpes Darul Mukhlisin Aceh Tamiang yang Jadi Benteng Alam yang Selamatkan RSUD dari Banjir Lautan Kayu Gelondongan: Umur, Agama dan IG
ilustrasi-waldryano-
Baca juga: TKA SMA 2025 Menyedihkan, JPPI: Cermin Buruknya Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia
Aktivitas Belajar Dihentikan Sementara, Santri Diliburkan
Pasca bencana yang terjadi awal Desember 2025, pihak pesantren terpaksa meliburkan ratusan santri dan santriwati karena kondisi lingkungan yang masih tidak aman dan penuh puing kayu. Proses evakuasi dan pembersihan tumpukan kayu gelondongan masih berlangsung hingga hari ini, dengan bantuan relawan lokal dan instansi terkait.
“Kami berharap bisa segera membersihkan area ini agar para santri bisa kembali belajar dalam suasana yang aman dan nyaman,” kata Subhan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat, TNI/Polri, BPBD, dan sukarelawan yang telah membantu proses penanganan darurat.
Pelajaran dari Alam dan Spirit Kemanusiaan
Kisah Ponpes Darul Mukhlisin menjadi pengingat bahwa bencana alam bukan hanya ujian, tapi juga momentum untuk menunjukkan solidaritas dan ketangguhan. Di balik tumpukan kayu yang mengancam, muncul sebuah bangunan sederhana yang menjadi simbol perlindungan—bukan karena kekuatan betonnya, tetapi karena niat tulus para penghuninya untuk mendidik generasi berakhlak dan bermanfaat bagi sesama.
Kini, ketika Aceh Tamiang perlahan bangkit dari trauma bencana, nama Darul Mukhlisin akan dikenang bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai pelindung komunitas yang berdiri tegak di tengah amukan alam.