Profil Tampang Jessica Freddy Dokter Gigi Estetika yang Jadi Sorotan Usai Ungkap Jadi Korban KDRT dan Dikucilkan di Rumah Sendiri: Umur, Agama dan Instagram
Jessica-Instagram-
Profil Tampang Jessica Freddy Dokter Gigi Estetika yang Jadi Sorotan Usai Ungkap Jadi Korban KDRT dan Dikucilkan di Rumah Sendiri: Umur, Agama dan Instagram
Nama Jessica Freddy tiba-tiba melejit di jagat media sosial Indonesia dalam sepekan terakhir. Bukan karena konten perawatan gigi estetika yang biasa ia unggah, melainkan karena pengakuan haru sekaligus mengguncang: ia mengaku menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) oleh suaminya sendiri. Lebih menyedihkan lagi, dokter gigi yang dikenal profesional dan sukses ini mengungkap bahwa dirinya dipaksa keluar dari rumah dan klinik yang ia bangun dari nol—tempat yang seharusnya menjadi simbol keberhasilan hidupnya.
Dari Sukses Profesional hingga Terpuruk Akibat Pengkhianatan
Jessica Freddy bukanlah nama asing di kalangan pencinta perawatan gigi estetika di Jakarta. Lewat akun Instagram-nya @drgjessicafreddy, perempuan ini dikenal sebagai dokter gigi estetika yang kerap berbagi konten edukatif—mulai dari proses pemasangan veneer, crown, hingga koreksi senyum dengan behel dan perawatan lainnya. Kliniknya yang berlokasi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, menjadi destinasi favorit pasien yang menginginkan senyum sempurna.
Namun, di balik senyum yang ia bantu sempurnakan bagi para pasiennya, Jessica menyimpan luka mendalam yang baru-baru ini ia ungkap secara publik. Dalam unggahan Instagram pada Kamis, 19 Desember 2025, Jessica menulis dengan nada pilu:
“Begitu teganya mempreteli saya dan anak-anak supaya dibuat semiskin mungkin oleh mereka.”
Kalimat tersebut bukan sekadar curahan hati. Ia mengungkap bahwa sejak tahun 2023, ia dipaksa meninggalkan klinik dan rumah yang dibangunnya dengan kerja keras selama bertahun-tahun—semua hasil jerih payahnya sebagai seorang profesional mandiri. Parahnya, pelaku yang ia tuduh melakukan tindakan tersebut adalah sang suami, yang ternyata juga seorang dokter gigi.
Kronologi KDRT yang Tersembunyi di Balik Pernikahan Profesional
Dalam unggahan yang kini telah dibagikan ribuan kali, Jessica tidak hanya menyinggung soal perampasan aset, tapi juga mengungkap sisi kelam pernikahannya. Ia menyatakan bahwa kekerasan fisik telah ia alami sejak awal pernikahan. Namun, karena berbagai alasan—termasuk demi menjaga stabilitas anak-anak dan harapan akan perubahan—ia memilih diam selama bertahun-tahun.
Namun, tekanan tak kunjung berhenti. Selain kekerasan fisik, Jessica juga mengalami pelecehan verbal berulang yang membuatnya hidup dalam ketakutan dan isolasi emosional. “Intimidasi itu terus-menerus. Saya merasa seperti terpenjara di dalam rumah sendiri,” ungkapnya secara implisit dalam postingan tersebut.
Kini, setelah bertahun-tahun menahan derita, Jessica memilih bersuara. Ia sedang berjuang menempuh jalur hukum untuk mendapatkan keadilan—bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga demi masa depan anak-anaknya yang ikut menjadi korban situasi ini.
Dukungan Masif dari Netizen dan Komunitas Profesional
Respons publik terhadap pengakuan Jessica begitu besar. Ratusan bahkan ribuan komentar membanjiri unggahannya, berisi dukungan moral, doa, dan ajakan untuk tidak menyerah. Banyak netizen menyebut kisah Jessica sebagai cerminan nyata bagaimana kekerasan dalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja—bahkan mereka yang secara eksternal tampak mapan dan sukses.
“Dokter Jessica, kamu kuat. Jangan menyerah. Keadilan pasti ada,” tulis salah satu warganet. Yang lain menambahkan, “Ini bukan cuma soal rumah atau klinik—ini soal harga diri dan hak hidup layak sebagai perempuan dan ibu.”
Beberapa rekan sesama tenaga medis juga mulai angkat suara, menyerukan pentingnya sistem pendukung (support system) bagi korban KDRT di lingkungan profesional. Mereka menekankan bahwa stigma seputar perceraian atau pelaporan KDRT masih sangat kuat, terutama di kalangan masyarakat urban yang mengutamakan citra sempurna.
Siapa Jessica Freddy Sebenarnya?
Di luar drama rumah tangganya, Jessica Freddy adalah sosok profesional yang membangun karier dari bawah. Ia dikenal tekun, detail, dan memiliki passion tinggi dalam bidang estetika gigi—sebuah spesialisasi yang memadukan seni dan ilmu kedokteran. Pasien-pasiennya kerap memuji bukan hanya hasil kerjanya, tetapi juga keramahan dan empatinya selama proses perawatan.
Pernikahannya dengan sesama dokter gigi awalnya dianggap sebagai kisah cinta ideal: dua profesional yang saling memahami dunia kerja dan tekanan profesi. Namun, kenyataan berkata lain. Kini, Jessica harus memulai hidup baru—tanpa rumah, tanpa akses ke praktik yang dibangunnya, dan dengan luka emosional yang masih dalam proses penyembuhan.
