PLN Sulap Crane Jadi Tower Darurat, Terobosan Cerdas Pulihkan Listrik Aceh Pasca Bencana

PLN Sulap Crane Jadi Tower Darurat, Terobosan Cerdas Pulihkan Listrik Aceh Pasca Bencana

listrik-jarmoluk/pixabay-

PLN Sulap Crane Jadi Tower Darurat, Terobosan Cerdas Pulihkan Listrik Aceh Pasca Bencana

Di tengah tantangan alam yang masih menyisakan luka, PT PLN (Persero) terus bergerak gesit memulihkan pasokan listrik di wilayah Aceh yang terdampak bencana. Dalam upaya percepatan pemulihan jaringan transmisi 150 kilovolt (kV) Pangkalan Brandan–Langsa, PLN melakukan terobosan teknis luar biasa: mengubah alat berat crane menjadi tower darurat. Langkah inovatif ini bukan sekadar solusi cepat, melainkan cerminan komitmen PLN untuk memastikan listrik kembali menyala bagi masyarakat Aceh tanpa mengorbankan aspek keamanan dan keandalan sistem.



Inovasi di Tengah Keterbatasan Lapangan
Pemulihan infrastruktur kelistrikan pasca bencana selalu penuh tantangan, terutama di wilayah dengan akses terbatas dan kondisi tanah yang tidak stabil. Di Aceh Tamiang, titik krusial pada jalur transmisi mengalami kerusakan parah akibat banjir bandang yang meninggalkan endapan lumpur tebal dan material sisa bencana. Situasi ini membuat pembangunan fondasi tower darurat konvensional menjadi tidak memungkinkan dalam jangka waktu dekat.

Menghadapi realitas tersebut, tim PLN tidak tinggal diam. Mereka memilih solusi yang tidak biasa namun sangat efektif: memanfaatkan crane sebagai pengganti sementara tower transmisi. Pendekatan ini memungkinkan sistem kelistrikan Sumatra–Aceh kembali terhubung secara cepat, membuka jalan bagi pemulihan bertahap aliran listrik ke seluruh wilayah Aceh.

“Kami tidak bisa menunggu kondisi tanah benar-benar kering atau akses jalan sepenuhnya pulih. Masyarakat butuh listrik sekarang—untuk penerangan, komunikasi, pengisian alat medis, dan kegiatan ekonomi,” tegas Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo.


Langkah Cerdas, Prioritaskan Keselamatan
Menurut Darmawan, pemanfaatan crane sebagai tower darurat bukanlah keputusan gegabah. Setiap langkah diambil setelah melalui simulasi teknis, uji kekuatan struktur, dan evaluasi risiko menyeluruh. Crane yang digunakan dipastikan mampu menahan beban kabel transmisi dan memenuhi standar keselamatan operasional, meski sifatnya sementara.

“Di lapangan, kami menghadapi endapan lumpur, material sisa banjir, serta akses kerja yang terbatas. Membangun fondasi baru akan memakan waktu berminggu-minggu. Dengan crane, kami bisa mengaktifkan kembali jalur transmisi dalam hitungan hari—tanpa mengorbankan aspek keselamatan,” jelasnya.

Pemulihan dilakukan secara bertahap dan penuh kehati-hatian, terutama di wilayah yang masih tergenang air atau tertutup lumpur. PLN memastikan bahwa setiap penyaluran listrik dilakukan setelah verifikasi menyeluruh terhadap kondisi jaringan distribusi di lapangan. Ini penting untuk mencegah risiko korsleting, kebakaran, atau bahaya listrik lainnya yang bisa membahayakan masyarakat.

Solusi Sementara, dengan Komitmen Jangka Panjang
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Edwin Putra Nugraha, menegaskan bahwa inovasi crane ini bersifat transien. “Ini adalah langkah darurat untuk memulihkan pasokan sesegera mungkin. Namun, kami tetap berkomitmen membangun kembali infrastruktur permanen sesuai standar ketenagalistrikan nasional.”

Edwin menambahkan, begitu kondisi tanah dan akses jalan di lokasi terdampak membaik, PLN akan segera membangun tower transmisi permanen. Proses ini akan melibatkan rekayasa geoteknik canggih, pemantauan tanah berkelanjutan, dan partisipasi masyarakat setempat untuk memastikan infrastruktur baru tidak hanya andal, tetapi juga tahan terhadap potensi bencana di masa depan.

“Setiap keputusan teknis diambil secara cepat namun berbasis data dan pengujian lapangan. Keandalan sistem dan keselamatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama,” ungkap Edwin.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya