Bolehkah Korban Banjir di Sumatera Manfaatkan Gelondongan Kayu yang Terseret Arus? Ini Penjelasan Resmi Pemerintah!

Bolehkah Korban Banjir di Sumatera Manfaatkan Gelondongan Kayu yang Terseret Arus? Ini Penjelasan Resmi Pemerintah!

Banjir-Instagram-

Bolehkah Korban Banjir di Sumatera Manfaatkan Gelondongan Kayu yang Terseret Arus? Ini Penjelasan Resmi Pemerintah!

Di tengah upaya pemulihan pasca-bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera, muncul pertanyaan penting dari masyarakat terdampak: apakah mereka diperbolehkan menggunakan gelondongan kayu yang terbawa arus banjir untuk kebutuhan darurat, seperti membangun hunian sementara?

Pertanyaan ini bukan sekadar isu teknis, melainkan menyentuh aspek kemanusiaan, kebijakan lingkungan, dan tata kelola sumber daya alam. Pasalnya, pasca-bencana, banyak warga yang kehilangan tempat tinggal dan membutuhkan bahan bangunan secepatnya—dan kayu yang terseret banjir kerap menjadi satu-satunya sumber yang tersedia secara instan.



Namun, pemanfaatan kayu tersebut tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemerintah, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), telah mengeluarkan regulasi baru berupa Surat Edaran (SE) yang memberikan panduan jelas mengenai pemanfaatan kayu gelondongan hasil bencana banjir di Sumatera.

Regulasi Baru: Antara Kepentingan Kemanusiaan dan Perlindungan Hutan
Menanggapi situasi darurat ini, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan payung regulasi khusus untuk memastikan bahwa pemanfaatan kayu tersebut tidak menimbulkan masalah hukum maupun ekologis di kemudian hari.

“Jadi, kalau masyarakat ingin memanfaatkan, tentunya dikoordinasikan dengan pemerintahan terkait di setiap jenjangnya,” ujar Prasetyo Hadi dalam keterangan resminya.


Surat Edaran tersebut ditujukan kepada seluruh pemerintah daerah—baik provinsi, kabupaten, maupun kota—di wilayah terdampak banjir, khususnya di tiga provinsi yang paling parah terkena dampak: Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Tujuan utamanya adalah untuk mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana, sekaligus menjaga agar pemanfaatan sumber daya alam tetap berada dalam koridor hukum dan berkelanjutan.

Mekanisme Pemanfaatan: Bukan Bebas Ambil, Tapi Harus Terkoordinasi
Pemerintah menekankan bahwa meskipun warga boleh memanfaatkan kayu-kayu tersebut, prosesnya harus melalui koordinasi resmi dengan pemerintah daerah setempat. Hal ini bertujuan untuk:

Memastikan kayu yang diambil benar-benar berasal dari hasil bencana, bukan dari pembalakan liar.
Mencegah terjadinya penyalahgunaan dan eksploitasi sumber daya alam secara ilegal.
Menjaga akuntabilitas serta mendokumentasikan asal-usul kayu untuk keperluan audit dan pelaporan.
Kayu-kayu tersebut boleh digunakan untuk keperluan rehabilitasi infrastruktur dasar, termasuk:

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya