Rahasia Kebaikan yang Berkelanjutan, Inilah Khutbah Jumat 19 Desember 2025: Menjaga Amal Saleh di Tengah Kehidupan yang Sibuk

Rahasia Kebaikan yang Berkelanjutan, Inilah Khutbah Jumat 19 Desember 2025: Menjaga Amal Saleh di Tengah Kehidupan yang Sibuk

masjid-pixabay-

Rahasia Kebaikan yang Berkelanjutan, Inilah Khutbah Jumat 19 Desember 2025: Menjaga Amal Saleh di Tengah Kehidupan yang Sibuk

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, sering kali kita lupa untuk merawat satu hal paling berharga dalam kehidupan seorang muslim: kebaikan yang berkelanjutan. Bukan hanya sekadar melakukan amal baik sesekali, melainkan menjadikannya sebagai napas harian yang tak pernah putus. Inilah inti khutbah Jumat tanggal 19 Desember 2025, yang mengangkat tema "Rahasia Kebaikan yang Berkelanjutan". Sebuah ajakan untuk tidak hanya berbuat baik, tetapi untuk istiqamah – teguh dan konsisten dalam kebaikan, meski dunia berubah dan godaan mengintai di setiap sudut.



Kebaikan: Cahaya yang Dicintai Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa kebaikan bukanlah pilihan opsional, melainkan esensi dari kehidupan seorang mukmin. Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat mencintai hamba-Nya yang senantiasa berbuat baik, sekecil apa pun bentuknya. Bahkan, dalam Al-Qur’an, Allah berjanji bahwa orang yang bertakwa akan diberi jalan keluar dari setiap kesulitan dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka:

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (QS. At-Talaq: 2–3)

Ayat ini bukan hanya sekadar janji ilahi, tapi juga undangan untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta melalui amal saleh yang konsisten.


Amal Saleh: Investasi Abadi yang Tak Pernah Runtuh
Dalam khutbah pertama, khatib mengajak jamaah untuk merenung: apakah pernah ada orang yang sengsara karena taat kepada Allah? Atau sebaliknya, apakah ada orang yang benar-benar bahagia karena terus-menerus bermaksiat? Jawabannya jelas: tidak. Karena kebaikan adalah jalan menuju ketenangan di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.

Allah SWT menegaskan bahwa sekecil apa pun kebaikan tidak akan pernah sia-sia:

"Sesungguhnya Allah tidak menzalimi walau seberat zarrah, dan jika ada kebaikan seberat zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya." (QS. An-Nisa: 40)

Inilah rahasia utama kebaikan yang berkelanjutan: kualitas lebih penting daripada kuantitas. Amalan kecil yang dilakukan secara istiqamah—seperti shalat sunnah, dzikir pagi-petang, atau senyum kepada sesama—justru bisa menjadi pemberat timbangan di hari akhir.

Tiga Pilar Amal Saleh yang Layak Diperbanyak
Khutbah ini tidak hanya berhenti pada nasihat umum. Ia memberikan tiga pilar amal saleh yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Amal Qashirah: Kebaikan untuk Diri Sendiri
Amal ini bersifat personal dan langsung membersihkan jiwa. Contohnya:

Shalat sunnah, terutama tahajud di sepertiga malam, yang disebut oleh Rasulullah SAW sebagai "sebaik-baik shalat setelah shalat wajib."
Dzikir, yang merupakan amalan paling mulia di sisi Allah. Dengan dzikir, hati menjadi tenang dan jiwa terhubung langsung dengan Sang Pencipta.
2. Amal Muta’addiyah: Kebaikan yang Menyebar ke Orang Lain
Amalan ini tidak hanya bermanfaat bagi pelakunya, tetapi juga menjadi sebab kebaikan bagi orang lain. Dua contoh utama:

Sedekah dalam berbagai bentuk. Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kebaikan adalah sedekah." Bahkan senyum tulus kepada saudara seiman pun termasuk sedekah.
Menolong yang lemah. Kisah wanita pezina yang diampuni karena memberi minum anjing yang kehausan mengajarkan bahwa rahmat Allah meliputi semua makhluk, dan setiap amal baik—tak peduli siapa pelakunya—tak akan pernah terabaikan.
3. Menjauhi Dosa dan Mengedepankan Akhlak Mulia
Kebaikan tidak hanya tentang "melakukan", tapi juga tentang "menahan diri". Menahan tangan dari menyakiti, menahan lisan dari ghibah, dan menahan hati dari iri dengki—semua itu adalah bentuk sedekah yang sering diabaikan.

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari & Muslim)

Khutbah Kedua: Muhasabah dan Istiqamah dalam Amal
Di khutbah kedua, khatib mengingatkan pentingnya introspeksi diri (muhasabah). Istiqamah bukan berarti tidak pernah jatuh, tetapi segera bangkit setiap kali terjatuh. Di sinilah pentingnya taubat nasuha—taubat yang tulus dan tidak diulangi.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya