Prabowo Subianto Serahkan 90.000 Hektare Lahan di Aceh untuk Selamatkan Gajah Sumatra, Langkah Bersejarah dalam Konservasi Nasional

Prabowo Subianto Serahkan 90.000 Hektare Lahan di Aceh untuk Selamatkan Gajah Sumatra, Langkah Bersejarah dalam Konservasi Nasional

Prabowo-Instagram-

Prabowo Subianto Serahkan 90.000 Hektare Lahan di Aceh untuk Selamatkan Gajah Sumatra, Langkah Bersejarah dalam Konservasi Nasional
Dalam langkah yang mengguncang dunia konservasi, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengumumkan keputusan monumental: menyerahkan konsesi lahan hutan tanaman industri (HTI) seluas 90.000 hektare di Takengon, Aceh, untuk kawasan perlindungan dan konservasi gajah Sumatra. Keputusan ini bukan hanya menunjukkan komitmen pribadi sang presiden terhadap lingkungan, tetapi juga menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia serius dalam melindungi satwa liar yang kian terancam punah.

Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo dalam sebuah video yang kini beredar luas di media sosial. Dalam rekaman tersebut, ia menceritakan bagaimana ide besar ini berawal dari pertemuan tak terduga dengan perwakilan World Wildlife Fund (WWF), organisasi konservasi global yang salah satu tokoh pembimbingnya adalah Raja Charles III dari Inggris.



Awal Mula Kolaborasi dengan WWF
“Suatu saat saya didatangi oleh kelompok pencinta alam—WWF. Mereka tahu bahwa sebelum saya masuk politik, saya adalah pengusaha, dan saya memiliki konsesi HTI di Takengon, Aceh, seluas 98.000 hektare,” ungkap Prabowo dalam video yang dikutip dari akun @dekade08, Minggu (14/12/2025).

Awalnya, WWF meminta 10.000 hektare dari lahan tersebut untuk dijadikan kawasan konservasi gajah Sumatra—spesies endemik yang populasinya terus menyusut akibat perusakan hutan, konflik manusia-satwa, dan perburuan liar. Namun, alih-alih menyetujui permintaan itu, Prabowo justru mengambil keputusan yang jauh lebih ambisius.

“Saya tolak. Saya tidak akan kasih 10.000 hektare. Tapi saya akan kasih 20.000 hektare,” tegasnya dengan penuh keyakinan.


Dari Aceh Sampai Istana Buckingham: Apresiasi Raja Charles III
Langkah berani Prabowo ternyata menarik perhatian hingga ke istana kerajaan Inggris. Raja Charles III, yang dikenal sebagai sosok yang sangat peduli terhadap isu lingkungan, flora, dan fauna, bahkan mengirimkan surat pribadi sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi Indonesia dalam pelestarian gajah Sumatra.

“Beliau lalu menulis surat kepada saya. Duta Besar Inggris untuk Indonesia menyerahkan surat itu langsung di ruangan saya di Istana Merdeka,” kenang Prabowo.

Dalam surat tersebut, Raja Charles III menyampaikan terima kasih atas dukungan Presiden Prabowo terhadap upaya global dalam melindungi satwa langka. Namun, yang tak terduga adalah respons Prabowo atas surat tersebut—ia justru memperluas komitmennya secara dramatis.

“Saya sampaikan ke Duta Besar Inggris bahwa saya sudah menyerahkan 20.000 hektare. Tapi karena surat dari Raja Charles ini, saya ambil keputusan sekarang: saya serahkan 90.000 hektare untuk kawasan perlindungan dan konservasi gajah,” ujar Prabowo dengan nada penuh tekad.

Mengapa Gajah Sumatra Harus Diselamatkan?
Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) kini tergolong dalam kategori “sangat terancam punah” (Critically Endangered) menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN). Populasinya diperkirakan kurang dari 2.400 ekor di alam liar, dengan habitat yang terus terfragmentasi akibat ekspansi perkebunan, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur.

Aceh, khususnya wilayah Takengon, merupakan salah satu benteng terakhir bagi gajah Sumatra. Di sini, satwa megah ini masih bisa ditemukan bergerak bebas di hutan-hutan primer yang kaya akan keanekaragaman hayati. Namun, tekanan terhadap habitat mereka semakin intens—konflik dengan petani, perburuan gading, hingga kebakaran hutan membuat masa depan mereka suram.

Dengan menyerahkan 90.000 hektare lahan—hampir setara dengan luas wilayah Singapura—untuk konservasi, Presiden Prabowo tidak hanya menyediakan ruang hidup yang aman bagi gajah, tetapi juga membuka peluang bagi puluhan spesies lain, termasuk harimau Sumatra, tapir, dan berbagai burung endemik, untuk tetap bertahan.

Langkah Strategis untuk Konservasi Jangka Panjang
Penyerahan lahan ini dinilai sebagai terobosan strategis dalam kebijakan lingkungan Indonesia. Selama ini, upaya konservasi seringkali terhambat oleh kepemilikan lahan swasta atau tumpang tindih izin usaha. Dengan mengubah status lahan HTI—yang awalnya ditujukan untuk komersialisasi—menjadi kawasan konservasi, pemerintah menunjukkan bahwa kepentingan ekologis bisa sejalan dengan tanggung jawab sosial dan sejarah kepemimpinan.

Langkah ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, khususnya pada poin pelestarian ekosistem darat dan pencegahan kepunahan spesies.

WWF Indonesia menyambut baik keputusan ini. “Ini adalah hadiah Natal terindah bagi alam Indonesia,” ujar perwakilan WWF dalam pernyataan resmi. “Konsesi seluas ini akan menjadi koridor ekologis penting yang menghubungkan habitat terisolasi, memungkinkan gajah untuk berpindah, mencari makan, dan berkembang biak secara alami.”

Simbol Keteladanan dari Seorang Pemimpin
Di balik angka-angka dan kebijakan, keputusan Prabowo juga menyampaikan pesan moral yang kuat: bahwa kekuasaan dan kekayaan bisa digunakan untuk kebaikan yang lebih besar. Dari seorang mantan pengusaha, kini sebagai presiden, ia memilih untuk “mengembalikan” sebagian besar asetnya demi masa depan generasi mendatang dan kelangsungan kehidupan satwa yang tak bisa berbicara.

Langkah ini menggambarkan bahwa konservasi bukan hanya urusan ilmuwan atau aktivis, tetapi tanggung jawab kolektif—termasuk para pemimpin yang memiliki akses dan pengaruh besar.

Baca juga: Selamat! Hailee Steinfeld Umumkan Hamil Anak Pertama dengan Josh Allen Pada Sabtu, 13 Desember 2025

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya