Emiten Emas Melesat Kencang: Saham BRMS Naik 21%, Harga Emas Dunia Menuju Rekor Baru
Emas Perhiasan--
Emiten Emas Melesat Kencang: Saham BRMS Naik 21%, Harga Emas Dunia Menuju Rekor Baru
Momentum kenaikan harga emas dunia terus membara di pasar keuangan global, dan dampaknya langsung terasa di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham emiten yang bergerak di sektor pertambangan emas mencatat penguatan signifikan pada perdagangan Jumat, 12 Desember 2025, dengan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menjadi bintang utama setelah melonjak lebih dari 21%.
BRMS ditutup pada level Rp1.195 per saham, naik 21,31% dibanding penutupan sebelumnya. Kenaikan ini bukanlah kejadian terisolasi, melainkan bagian dari tren bullish yang melanda seluruh sektor emas di tengah melesatnya harga emas spot global ke level US$4.282 per troy ounce — angka tertinggi dalam hampir dua bulan.
Sektor Barang Baku Jadi Penguat Terkuat
Tak hanya BRMS, sektor barang baku — yang menjadi rumah bagi mayoritas emiten emas — mencatat kinerja terbaik sepanjang hari ini dengan penguatan 4,33%. Ini menjadikannya sebagai sektor dengan performa terkuat di seluruh lantai bursa pada sesi perdagangan tersebut. Penguatan sektor ini mencerminkan optimisme investor terhadap prospek bisnis emiten yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan komoditas emas.
Selain BRMS, saham-saham emiten emas lainnya juga menunjukkan performa cemerlang:
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) naik 18,21% ke level Rp1.720
PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) menguat 15,63% ke posisi Rp1.590
PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) melambung 8,25% ke Rp590
PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) naik 6,22% ke Rp4.780
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menguat 5,53% ke Rp3.050
Harga Emas Dunia Menuju Rekor Sejarah
Pemicu utama lonjakan ini adalah pergerakan harga emas global yang terus menanjak. Dalam tiga hari terakhir, harga emas spot telah menguat 2,14%. Bahkan dalam rentang sebulan terakhir, kenaikan mencapai 4,85% secara point-to-point. Yang lebih menarik, harga emas kini berada di ambang pencapaian rekor sepanjang masa (All Time High/ATH), dengan potensi menembus level US$4.356,3 per troy ounce.
Lonjakan harga emas tak lepas dari kebijakan moneter global, khususnya langkah yang diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Pada pertemuan terbarunya, The Fed kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps), menjadi kisaran 3,50%–3,75%. Ini merupakan pemotongan suku bunga ketiga yang dilakukan The Fed sepanjang 2025.
Emas dan Suku Bunga: Hubungan Saling Terkait
Emas, sebagai aset non-yielding (tidak memberikan imbal hasil tetap seperti bunga atau dividen), cenderung menjadi pilihan favorit investor ketika suku bunga rendah. Dalam kondisi seperti ini, memegang emas menjadi lebih menarik karena imbal hasil dari instrumen berbasis bunga (seperti obligasi) turun, sementara emas tetap mempertahankan nilainya — bahkan bisa menguat di tengah ketidakpastian ekonomi.
“Penurunan suku bunga oleh The Fed menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi kenaikan harga emas,” jelas analis komoditas dari Panin Sekuritas dalam laporan terbarunya. “Sentimen pasar tenaga kerja AS yang melambat juga memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan melanjutkan pelonggaran moneter pada 2026, bahkan berpotensi melakukan dua kali pemotongan suku bunga.”