PSY Terlibat Dugaan Pelanggaran Hukum Terkait Kepemilikan Obat Tidur: Polisi Geledah Kantor P NATION dan Rumah Sakit
Psy-Instagram-
PSY Terlibat Dugaan Pelanggaran Hukum Terkait Kepemilikan Obat Tidur: Polisi Geledah Kantor P NATION dan Rumah Sakit
Dunia hiburan Korea Selatan kembali digemparkan oleh kasus hukum yang menyeret nama salah satu ikon musik globalnya: PSY. Penyanyi yang terkenal lewat lagu fenomenal “Gangnam Style” ini kini tengah diselidiki oleh kepolisian atas dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang Pelayanan Medis terkait kepemilikan dan penggunaan obat tidur tanpa prosedur yang sah. Kasus ini tidak hanya mengguncang citra sang artis, tetapi juga menyoroti praktik peresepan dan distribusi obat psikotropika di Negeri Ginseng.
Polisi Selidiki PSY atas Dugaan Kepemilikan Obat Tanpa Prosedur
Menurut laporan media lokal Yonhap pada Jumat (12/12/2025), tim investigasi dari Kepolisian Seodaemun di Seoul telah memanggil dan memeriksa PSY—yang memiliki nama lengkap Park Jae-sang—sebagai bagian dari penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran hukum terkait obat-obatan terkontrol. Fokus utama penyelidikan ini adalah kepemilikan dua jenis obat tidur yang sangat diatur: Xanax (alprazolam) dan Stilnox (zolpidem).
Xanax, yang secara medis digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan serangan panik, serta Stilnox yang biasa diresepkan untuk mengatasi insomnia, memang legal bila digunakan sesuai resep dokter. Namun, dalam kasus ini, kepolisian mencurigai adanya pelanggaran dalam proses peresepan maupun pengambilan obat tersebut.
Penggeledahan di Dua Lokasi: Kantor P NATION dan Fasilitas Medis
Sebagai bagian dari penyelidikan mendalam, polisi melakukan penggeledahan di dua lokasi pada 4 Desember 2025. Pertama, kantor agensi hiburan milik PSY sendiri, P NATION, yang berlokasi di Seoul. Kedua, sebuah rumah sakit tempat seorang dokter berinisial “A” diduga meresepkan obat-obatan tersebut kepada PSY.
Dokter A, yang kini juga menjadi sorotan dalam kasus ini, diduga terus memberikan resep Xanax dan Stilnox untuk PSY meski pasien tersebut tidak lagi melakukan konsultasi langsung sejak tahun 2022. Hal ini berpotensi melanggar ketentuan hukum medis yang mewajibkan pemeriksaan dan evaluasi klinis rutin sebelum obat psikotropika diberikan.
Pelanggaran dalam Proses Pengambilan Obat
Selain masalah peresepan, penyelidikan juga mengungkap dugaan pelanggaran dalam tata cara pengambilan obat. Menurut regulasi Korea Selatan, obat-obatan seperti Xanax dan Stilnox hanya boleh diambil langsung oleh pasien. Jika pasien berhalangan, hanya anggota keluarga dekat atau perawat pribadi yang sah yang diperbolehkan mewakilinya.
Namun, dalam kasus PSY, diketahui bahwa manajernya—yang bukan termasuk dalam kategori yang diizinkan—berulang kali mengambil obat tersebut atas namanya. Praktik ini dinilai melanggar regulasi distribusi obat terkontrol dan membuka celah terhadap penyalahgunaan.
Respons Resmi dari P NATION dan Tim PSY
Menanggapi penggeledahan dan penyelidikan, pihak agensi P NATION menyatakan sikap kooperatif penuh. Dalam pernyataan resminya, agensi yang juga menaungi artis-artis seperti Jessi dan HyunA tersebut menegaskan,
“Kami secara aktif bekerja sama dengan pihak berwajib dan akan mengambil semua langkah yang diperlukan sesuai prosedur hukum yang berlaku.”
Sementara itu, tim manajemen PSY menekankan bahwa penggunaan obat-obatan tersebut didasarkan pada kebutuhan medis yang sah. Mereka menjelaskan bahwa PSY telah lama menderita gangguan tidur kronis dan bahwa obat tersebut dikonsumsi sesuai dengan diagnosis dan resep dari profesional medis.
“PSY didiagnosis mengalami gangguan tidur kronis sejak bertahun-tahun lalu. Obat yang dikonsumsinya merupakan bagian dari perawatan medis yang direkomendasikan oleh dokter. Tidak ada niat untuk menyalahgunakan atau melakukan kecurangan,” tegas perwakilan sang artis.
Dampak pada Karier dan Citra Publik
Kasus ini muncul di tengah PSY sedang giat menjalani tur musik “Summer Swag” di Korea Selatan, menunjukkan bahwa sang artis tetap aktif di industri hiburan meski tengah menghadapi tekanan hukum. Namun, sorotan publik terhadap isu ini berpotensi memengaruhi citranya—terutama di kalangan penggemar internasional yang mengenalnya sebagai duta budaya pop Korea.