Komdigi RI Gencarkan Akses Internet ke 2.500 Desa Blankspot, Wujudkan Transformasi Digital yang Inklusif
Meutya-Instagram-
Internet sebagai Gerbang Keadilan Sosial di Era Digital
Lebih dari sekadar alat komunikasi, internet kini menjadi gerbang menuju keadilan sosial di era digital. Di desa-desa yang telah terhubung, banyak cerita inspiratif bermunculan: petani yang menjual hasil panennya langsung ke konsumen melalui media sosial, pelajar yang mengikuti kelas daring dari universitas ternama, hingga UMKM lokal yang menembus pasar ekspor berkat platform digital.
Menkomdigi menekankan bahwa pemerintah tidak hanya ingin “menyalakan” sinyal di desa, tetapi juga “menyalakan” potensi warga desa itu sendiri. “Infrastruktur itu penting, tapi yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat bisa menggunakannya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,” ujarnya.
Untuk itu, Komdigi juga berencana menggandeng komunitas lokal, akademisi, dan sektor swasta dalam program literasi digital yang menyasar langsung masyarakat di desa-desa blankspot. Tujuannya, agar ketersediaan akses internet diikuti dengan kemampuan memanfaatkannya secara produktif dan aman.
Menuju Indonesia Digital 2026 yang Lebih Inklusif
Dengan target 2.500 desa blankspot terhubung pada 2026, pemerintah menunjukkan komitmen kuat untuk menjadikan transformasi digital sebagai alat pemerataan, bukan pemisah. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, langkah ini menjadi pengingat bahwa kemajuan tidak boleh hanya dinikmati oleh segelintir orang di pusat kota.
Sebagaimana ditegaskan Meutya Hafid, “Digitalisasi yang inklusif adalah kunci untuk membangun Indonesia yang lebih adil, maju, dan berkelanjutan.”
Dengan strategi yang terkoordinasi, data yang semakin akurat, serta kolaborasi lintas sektor, Indonesia melangkah pasti menuju masa depan di mana setiap warga—tanpa peduli di mana mereka tinggal—memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang di dunia digital.