Konflik Perbatasan Thailand–Kamboja Memanas: 500 Ribu Warga Mengungsi, Pendidikan Terganggu, dan SEA Games Terguncang

Konflik Perbatasan Thailand–Kamboja Memanas: 500 Ribu Warga Mengungsi, Pendidikan Terganggu, dan SEA Games Terguncang

Thailand-Instagram-

Konflik Perbatasan Thailand–Kamboja Memanas: 500 Ribu Warga Mengungsi, Pendidikan Terganggu, dan SEA Games Terguncang

Bangkok/Phnom Penh, 11 Desember 2025 — Ketegangan berkepanjangan di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memasuki babak baru yang mengkhawatirkan. Memasuki hari ketiga sejak pecahnya bentrokan bersenjata pada 7 Desember 2025, situasi di wilayah perbatasan semakin memburuk, memicu krisis kemanusiaan skala besar, kekacauan di sektor pendidikan, hingga berdampak pada gelaran olahraga regional SEA Games. Lebih dari 500.000 warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka demi menyelamatkan nyawa—400.000 di antaranya berasal dari Thailand dan 100.000 lainnya dari Kamboja.



Konflik yang awalnya berkobar di wilayah perbatasan dekat Provinsi Si Sa Ket (Thailand) dan Preah Vihear (Kamboja) kini meluas ke kawasan strategis lainnya. Menurut laporan terbaru dari sumber militer Thailand, pasukan bersenjata kerajaan telah bergerak menuju kota Boeung Trakoun, wilayah penting yang terletak di jalur perbatasan dekat pos lintas batas Poipet. Kawasan ini bukan wilayah asing dalam peta konflik—sejak Juli lalu, dua instalasi militer Kamboja di sana telah dikuasai oleh pasukan Thailand, menandai eskalasi awal dalam sengketa yang kini kembali membara.

Tuduhan Saling Menuding: Siapa Pemicu Bentrokan?
Kedua negara saling menyalahkan atas pecahnya pertempuran terbaru. Pemerintah Thailand menuduh pasukan Kamboja memulai serangan lebih dulu dengan menggunakan senjata ringan dan peluncur roket yang diluncurkan dari area permukiman warga. Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum humaniter internasional, tetapi juga membahayakan nyawa warga sipil di kedua sisi perbatasan.

Di sisi lain, Kamboja menolak tudingan tersebut dan balik menuduh Thailand telah melakukan pelanggaran wilayah kedaulatan serta melancarkan serangan udara yang menghancurkan rumah-rumah warga sipil. Menteri Luar Negeri Kamboja menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan bentuk agresi tak berdasar yang memicu pembalasan dari pasukan mereka.


Dampak Sosial dan Kemanusiaan: Sekolah Ditutup, Anak-Anak Kehilangan Masa Depan
Dampak konflik ini tidak hanya terasa di medan tempur, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari warga sipil, terutama anak-anak. Lebih dari 200.000 siswa di wilayah perbatasan terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar karena pemerintah setempat menutup sementara sekolah-sekolah demi alasan keamanan. Banyak keluarga yang kini hidup dalam ketidakpastian, tinggal di pengungsian darurat tanpa akses memadai terhadap air bersih, makanan, dan layanan kesehatan dasar.

Organisasi kemanusiaan internasional seperti Palang Merah Internasional dan UNHCR telah mengerahkan tim tanggap darurat ke wilayah tersebut, namun akses terbatas akibat tembakan sporadis membuat distribusi bantuan menjadi sangat menantang.

SEA Games Terguncang: Kamboja Tarik Seluruh Atletnya
Eskalasi militer ini bahkan telah meluas ke ranah olahraga. Sebagai bentuk protes dan respons terhadap situasi yang tak kunjung mereda, Kamboja secara resmi menarik seluruh kontingen atletnya dari SEA Games 2025, yang sedang berlangsung di wilayah Asia Tenggara. Langkah ini tidak hanya mengejutkan dunia olahraga regional, tetapi juga memicu kekhawatiran akan politisasi ajang olahraga yang seharusnya menjadi sarana persatuan.

Komite Olimpiade Asia Tenggara menyatakan keprihatinan mendalam atas keputusan tersebut dan mendesak kedua pihak untuk segera menghentikan permusuhan demi menjaga semangat sportivitas dan perdamaian regional.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya