Siapa Sigit Joko Purnomo? Pejabat Penting di Kemenparekraf yang Meninggal Dunia di Siksorogo Lawu Ultra 2025

Siapa Sigit Joko Purnomo? Pejabat Penting di Kemenparekraf yang Meninggal Dunia di Siksorogo Lawu Ultra 2025

Run-Instagram-

Siapa Sigit Joko Purnomo? Pejabat Penting di Kemenparekraf yang Meninggal Dunia di Siksorogo Lawu Ultra 2025
Tragedi di Lereng Lawu: Dua Pelari Tumbang di Tengah Badai, Termasuk Pejabat Kemenparekraf Sigit Joko Purnomo

Karanganyar, 8 Desember 2025 — Dunia lari trail Indonesia diguncang duka mendalam. Dua pelari berpengalaman—Sigit Joko Purnomo dan Pujo Buntoro—dilaporkan meninggal dunia saat mengikuti ajang Siksorogo Lawu Ultra 2025 di kawasan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada Minggu (7/12/2025). Keduanya tumbang di tengah cuaca buruk dan medan menanjak yang ekstrem, memicu keprihatinan luas di kalangan komunitas atletik, birokrasi, hingga publik nasional.



Sigit Joko Purnomo, 45, bukan sekadar pelari biasa. Ia adalah Kepala Biro Umum dan Hukum di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia—jabatan strategis yang menempatkannya di garda depan dalam mendukung kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif nasional. Pria asal Kelurahan Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, ini dikenal sebagai sosok yang aktif dan gemar berolahraga, terutama lari jarak jauh.

Namun, takdir berkata lain. Di tengah hujan deras dan suhu dingin lereng Gunung Lawu, Sigit ditemukan tak sadarkan diri di Bukit Cemoro Mitis, tepatnya di kilometer 12 rute lomba. Upaya pertolongan pertama oleh petugas Palang Merah Indonesia (PMI) dan marshal lomba dilakukan segera, tetapi nyawa sang pejabat tak tertolong. Jenazahnya tiba di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karanganyar pukul 14.30 WIB.

Hanya selang 11 menit setelah laporan pertama, tragedi kedua terjadi. Pujo Buntoro, 55, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Agama yang berdomisili di Solo, ditemukan tak bernyawa di Bukit Cemoro Wayang, kilometer 8. Ia adalah suami dari Sri Asih Handayani, Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Karanganyar, dan dikenal sebagai pelari setia yang kerap mengikuti kompetisi lokal.


Siksorogo Lawu Ultra 2025: Ajang Bergengsi yang Berakhir Tragis
Ajang Siksorogo Lawu Ultra 2025 yang digelar tahun ini sejatinya menjadi sorotan positif bagi pariwisata Karanganyar. Dengan sekitar 5.700 pelari dari berbagai penjuru Indonesia, lomba ini menawarkan tujuh kategori jarak: mulai dari 7 km hingga tantangan ekstrem 120 km. Rutenya membelah keindahan alam Tawangmangu—daerah perbukitan dengan pemandangan dramatis dan jalur menanjak yang menguji stamina dan mental.

Namun, cuaca buruk yang melanda pada hari H—hujan lebat disertai angin kencang—mengubah suasana kompetisi menjadi medan uji nyawa. Menurut Iptu Mulyadi, Kasi Humas Polres Karanganyar, laporan dua pelari yang meninggal masuk sekitar pukul 11.30 WIB.

“Kondisi medan sangat licin dan jarak pandang terbatas akibat kabut tebal dan hujan. Tim medis berjuang keras, tapi medan pegunungan yang terjal memperlambat evakuasi,” ujarnya.

Diduga Serangan Jantung, Riwayat Kesehatan Jadi Faktor Kritis
Tony, Direktur Lomba Siksorogo Lawu Ultra 2025, menjelaskan bahwa keduanya diduga meninggal akibat serangan jantung akut. “Pujo memiliki riwayat gangguan pernapasan yang bisa kambuh saat melakukan aktivitas fisik berat. Sigit, meski terlihat bugar, mungkin mengalami stres kardiovaskular akibat kombinasi cuaca ekstrem dan intensitas lari,” ungkapnya.

Keduanya terdaftar dalam kategori 15 kilometer, rute yang seharusnya lebih ramah bagi pelari non-elite. Namun, tantangan sebenarnya bukan hanya jarak, melainkan ketinggian dan perubahan cuaca mendadak yang menjadi ciri khas lari trail di kawasan Lawu.

Tim medis lapangan sempat memberikan oksigen dan pertolongan darurat, tetapi terbatasnya akses dan kondisi tubuh yang sudah kolaps membuat upaya penyelamatan gagal optimal.

Duka Nasional: Dari Kantor Kemenparekraf hingga Komunitas Pelari
Kabar duka ini menyebar cepat di media sosial dan lingkungan birokrasi. Rekan-rekan kerja Sigit di Kemenparekraf menyampaikan belasungkawa mendalam, menyebutnya sebagai sosok profesional, rendah hati, dan penuh dedikasi—baik di kantor maupun di lintasan lari.

“Mas Sigit bukan hanya pejabat, tapi juga inspirator. Ia percaya bahwa olahraga adalah bagian dari gaya hidup sehat yang harus diteladani,” ujar seorang kolega yang enggan disebut namanya.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya