Tragedi Kemanusiaan di Sumatera: Lebih dari 900 Jiwa Melayang, Ratusan Lainnya Masih Dalam Pencarian Usai Banjir Bandang dan Longsor Maha Dahsyat
Banjir-Instagram-
Tragedi Kemanusiaan di Sumatera: Lebih dari 900 Jiwa Melayang, Ratusan Lainnya Masih Dalam Pencarian Usai Banjir Bandang dan Longsor Maha Dahsyat
Bencana alam terparah dalam satu dekade terakhir melanda kawasan Sumatera. Dalam waktu singkat, banjir bandang dan tanah longsor yang dipicu curah hujan ekstrem telah mengubah kehidupan ratusan ribu warga menjadi reruntuhan dan duka. Hingga Minggu, 7 Desember 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa 916 orang dinyatakan tewas, sementara 274 jiwa lainnya masih dalam pencarian di tiga provinsi terdampak: Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Bukan hanya angka kematian yang mengagetkan—namun skala kerusakan infrastruktur dan jumlah pengungsi menggambarkan betapa monumentalnya tragedi ini. Lebih dari 52 kabupaten dan kota luluh lantak diterjang arus deras dan longsoran tanah yang meluluhlantakkan permukiman, jalan raya, hingga fasilitas umum vital.
845 Ribu Jiwa Mengungsi: Kehidupan yang Terenggut dalam Sekejap
Dalam laporan terbarunya, BNPB menyebut bahwa sekitar 845.000 warga terpaksa mengungsi karena kehilangan tempat tinggal. Data rinci menunjukkan distribusi pengungsi terbesar berada di Aceh dengan 795.700 jiwa, sementara 34.900 jiwa di Sumatera Utara dan 14.700 jiwa di Sumatera Barat. Mereka kini tersebar di ratusan titik pengungsian—sebagian besar berada di tenda-tenda darurat, balai desa, masjid, dan sekolah yang dialihfungsikan.
“Kondisi di pengungsian sangat memprihatinkan. Banyak keluarga hanya membawa pakaian yang melekat di tubuh,” ungkap seorang relawan di Meulaboh, Aceh Barat, yang meminta namanya dirahasiakan. “Anak-anak menangis karena trauma, ibu-ibu kesulitan menyusui bayinya, dan lansia kelelahan menahan dingin tanpa selimut memadai.”
Lebih dari 100 Ribu Rumah dan Ratusan Fasilitas Umum Hancur
BNPB juga merilis data kerusakan infrastruktur yang mengerikan. Total 105.000 lebih rumah hancur atau rusak parah, mengakibatkan ratusan ribu keluarga kehilangan tempat tinggal. Selain itu, 1.300 fasilitas umum, termasuk pasar, balai desa, dan terminal, juga rusak. Bahkan 405 jembatan—penghubung utama antarwilayah—runtuh diterjang banjir, memperparah isolasi daerah terdampak.
Kerusakan juga melumpuhkan sektor pendidikan dan kesehatan. 697 sekolah, 199 fasilitas kesehatan, dan 420 rumah ibadah dilaporkan rusak. Dari total itu, banyak yang hancur total dan harus dibangun dari nol. Selain itu, 234 gedung pemerintahan dan perkantoran juga tidak luput dari amukan bencana.
Upaya Pemulihan Kesehatan: Rumah Sakit Mulai Beroperasi Kembali
Di tengah kekacauan, BNPB bersama Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah berupaya keras memulihkan layanan kesehatan. Di Aceh, 3 rumah sakit dan 55 Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) kini telah beroperasi. Di Sumatera Utara, 15 rumah sakit dan 25 PKM kembali melayani masyarakat. Sementara di Sumatera Barat, seluruh fasilitas kesehatan dilaporkan telah normal.
Salah satu upaya krusial adalah pemulihan listrik di rumah sakit. BNPB bekerja sama dengan PLN, TNI, dan Polri telah mengirimkan genset berkapasitas 250 kWh ke RSUD Takengon di Aceh Tengah dan RSUD Muda Sedia di Aceh Tamiang, memastikan layanan medis tetap berjalan meski jaringan listrik utama belum pulih.
Bupati Aceh Tamiang, Armia Fahmi, yang turun langsung memantau pembersihan RSUD pada Sabtu (6/12), menyampaikan kekhawatirannya terhadap potensi wabah pasca-bencana. “Pascabanjir pasti banyak penyakit yang akan menyerang masyarakat kita—diare, infeksi saluran pernapasan, leptospirosis. Oleh sebab itu, ketersediaan fasilitas kesehatan ini sangat penting sebagai garda terdepan,” ujarnya.