Tidak Ada Daerah Terisolasi di Sumatera Pasca Bencana, Kepala Basarnas: Kami Bisa Jangkau dengan Pesawat dan Laut
Banjir-Instagram-
Pentingnya Resiliensi Komunitas di Tengah Ancaman Bencana
Meski infrastruktur SAR nasional terus diperkuat, para ahli bencana menekankan pentingnya membangun ketahanan komunitas dari hulu. Mengingat Sumatera berada di jalur cincin api Pasifik dan rentan terhadap gempa, longsor, serta banjir, pendekatan pencegahan—seperti mitigasi bencana berbasis desa, pemantauan cuaca real-time, dan pelatihan tanggap darurat—harus diperluas.
Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan ekstrem masih berpotensi terjadi hingga awal Januari 2026. Oleh karena itu, kesiapsiagaan masyarakat dan koordinasi antarlembaga menjadi fondasi utama dalam menghadapi ancaman bencana berulang.
Penutup: Semangat Gotong Royong dan Teknologi, Dua Sayap Penolong
Pernyataan Kepala Basarnas bukan sekadar jaminan teknis, melainkan cerminan dari komitmen negara untuk tidak meninggalkan satu warganya pun—bahkan di titik paling terpencil sekalipun. Di tengah tantangan alam yang semakin tak menentu, semangat gotong royong, didukung oleh teknologi SAR modern, menjadi dua sayap yang membawa harapan bagi korban bencana.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, memantau informasi resmi dari pemerintah, dan tidak menyebarkan hoaks terkait situasi di lapangan. Sebab, dalam setiap bencana, informasi yang akurat adalah salah satu bentuk pertolongan pertama yang paling berharga.