Zita Anjani Disorot Usai Ikut Bersihkan Lumpur di Lokasi Bencana Sumut: Antara Aksi Kemanusiaan atau Sekadar Pencitraan?
Zita-Instagram-
Zita Anjani Disorot Usai Ikut Bersihkan Lumpur di Lokasi Bencana Sumut: Antara Aksi Kemanusiaan atau Sekadar Pencitraan?
Aksi kemanusiaan yang dilakukan sejumlah pejabat dan tokoh publik di wilayah terdampak bencana banjir dan longsor di Sumatera Utara seharusnya menjadi angin segar bagi para korban. Namun, kehadiran Zita Anjani, putri Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sekaligus Utusan Khusus Presiden di Bidang Pariwisata, justru memicu polemik di media sosial.
Zita diketahui turut serta dalam rombongan pengiriman bantuan logistik menggunakan pesawat Hercules TNI AU yang lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma pada Selasa, 2 Desember 2025. Ia menyatakan bahwa keikutsertaannya bertujuan untuk memastikan distribusi bantuan berjalan lancar dan sampai ke tangan warga yang benar-benar membutuhkan.
Namun, sorotan publik justru beralih bukan pada misi kemanusiaan tersebut, melainkan pada ekspresi wajah dan cara Zita Anjani menyerok lumpur di salah satu rumah warga di kawasan terdampak. Rekaman singkat yang diunggah oleh akun X @ch_chotimah2 pada Rabu, 3 Desember 2025, dengan cepat menjadi viral dan memicu gelombang kritik pedas dari warganet.
Dalam video tersebut, Zita terlihat mengenakan rompi berwarna hijau, sepatu putih yang tampak bersih, serta tatanan rambut yang terkesan rumit dan tidak praktis untuk aktivitas fisik di lokasi bencana. Ia tampak menyerok lumpur dengan gerakan ragu-ragu, lalu melemparkannya ke luar jendela rumah warga—suatu tindakan yang justru menimbulkan kekacauan lebih lanjut.
Ekspresi Wajah Jadi Sorotan, Netizen Pertanyakan Niat Tulus
Yang paling menjadi perbincangan adalah ekspresi wajah Zita yang terlihat canggung, kurang antusias, dan seolah terpaksa. Banyak warganet menilai bahwa kehadirannya lebih bernuansa pencitraan politik atau personal ketimbang dorongan empati yang tulus.
"Pertama, ngapain. Kedua, bingung cara pake serokan. Ketiga, yang bekas lo serok jangan diinjak lagi Zitaaa... Lu pulang aja, belajar nyerok sama belajar empati yang bener dulu di rumah," tulis salah satu pengguna media sosial dengan nada sarkastik.
Komentar lain tak kalah pedas: "Lu liat mukanya aja kek orang ga ikhlas alias kepaksa kocakk." Bahkan ada yang menyebut kehadirannya malah "ngariweuhkeun" alias menambah kekacauan: "Yakin itu gasampe beres haha chuaaxxx, pencitraan bos."
Empati di Tengah Bencana: Antara Tindakan Nyata dan Simbolisme
Insiden ini memantik diskusi lebih luas soal peran tokoh publik dalam respons bencana. Apakah kehadiran mereka benar-benar memberikan dampak nyata, atau hanya sekadar simbolisme yang justru mengalihkan perhatian dari kebutuhan riil para korban?
Sejumlah relawan di lapangan mengatakan bahwa bantuan logistik dan tenaga kerja memang sangat dibutuhkan. Namun, bentuk partisipasi yang efektif harus disesuaikan dengan kondisi lapangan—bukan sekadar tampil di depan kamera tanpa memahami konteks penderitaan warga.
"Yang kami butuhkan bukan foto-foto heroik, tapi kerja nyata: membersihkan, membongkar puing, mengangkut barang, atau mendengarkan keluh kesah warga," ujar seorang relawan yang enggan disebut namanya.