Siapa Itu SGS? Perusahaan Multinasional yang Siap Gantikan Bea Cukai Jika Kinerjanya Tak Membaik
tanda tanya-geralt/pixabay-
Siapa Itu SGS? Perusahaan Multinasional yang Siap Gantikan Bea Cukai Jika Kinerjanya Tak Membaik
Kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Bea Cukai) kini berada di bawah tekanan besar. Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa secara tegas memberikan ultimatum: perbaiki layanan atau siap-siap kehilangan sebagian wewenang strategis. Jika Bea Cukai gagal memperbaiki kinerjanya, tugasnya—khususnya dalam pemeriksaan dan pengawasan barang impor—akan dialihkan kepada pihak ketiga: SGS, perusahaan inspeksi global asal Swiss.
Pernyataan Menkeu ini bukan sekadar ancaman kosong. Ia menyebut bahwa model pengawasan yang akan diterapkan jika Bea Cukai tidak memperbaiki diri adalah skema lama yang pernah diterapkan pada era Orde Baru (Orba).
“Jadi, sempat ada wacana kalau kita tidak bisa memperbaiki kinerja Bea Cukai, maka akan dijalankan seperti tahun dulu, waktu zaman Orde Baru—saat SGS yang menjalankan pengecekan di custom kita,” ujar Purbaya, menegaskan urgensi reformasi layanan kepabeanan nasional.
Lalu, siapa sebenarnya SGS yang disebut-sebut siap mengambil alih peran krusial ini?
SGS: Raksasa Global di Bidang Inspeksi dan Sertifikasi
SGS—dulunya dikenal sebagai Société Générale de Surveillance—adalah perusahaan multinasional asal Swiss yang menjadi pemimpin dunia dalam layanan Testing, Inspection, and Certification (TIC). Perusahaan ini tidak hanya berpengalaman, tetapi juga diakui secara global sebagai patokan standar kualitas dan integritas dalam perdagangan internasional.
Didirikan pada tahun 1878 di Rouen, Prancis, SGS awalnya beroperasi sebagai perusahaan inspeksi biji-bijian yang bertugas memastikan kualitas komoditas pertanian sebelum diekspor. Sejalan dengan ekspansi globalnya, kantor pusat SGS dipindahkan ke Jenewa, Swiss, pada 1915, dan nama resminya diubah menjadi SGS SA pada 1919—akronim yang tetap digunakan hingga kini.
Kini, SGS memiliki jejak global yang mengesankan: lebih dari 99.500 karyawan tersebar di lebih dari 2.500 kantor dan laboratorium di berbagai negara. Jaringannya mencakup hampir seluruh sektor industri—mulai dari pertanian, energi, otomotif, hingga teknologi—membuatnya menjadi mitra strategis pemerintah dan korporasi dalam memastikan kepatuhan terhadap standar internasional.
Peran SGS dalam Perdagangan Internasional dan Kepabeanan
Pada masa Orde Baru, SGS pernah berperan aktif di Indonesia. Saat itu, pemerintah menunjuk perusahaan ini untuk menggantikan sebagian fungsi Bea Cukai dalam hal inspeksi barang impor—terutama komoditas strategis seperti minyak, bijih, dan produk pertanian. Tujuannya jelas: mencegah kecurangan, memastikan keakuratan nilai dan volume impor, serta menjamin penerimaan negara dari sektor bea masuk.
Model ini dikenal sebagai Pre-Shipment Inspection (PSI), di mana SGS ditempatkan sebagai pihak independen yang melakukan verifikasi di negara asal pengiriman sebelum barang tiba di pelabuhan Indonesia. Sistem ini dinilai efektif dalam meminimalkan selisih nilai deklarasi dan mengurangi praktik mark-up atau under-invoicing.
Meski skema PSI sempat dihentikan pada awal era reformasi sebagai bagian dari upaya desentralisasi dan meningkatkan kepercayaan pada lembaga pemerintah, kini wacana tersebut kembali mengemuka—kali ini sebagai "kartu truf" Menkeu untuk mendorong reformasi internal Bea Cukai.
Empat Pilar Utama Layanan SGS
SGS menawarkan layanan yang terstruktur dalam empat kategori inti, yang semuanya relevan dengan kebutuhan pengawasan kepabeanan dan perdagangan:
Inspeksi
SGS memverifikasi kondisi fisik, kuantitas, dan kualitas barang—dari bahan mentah hingga produk jadi—untuk memastikan sesuai dengan dokumen kontrak dan spesifikasi teknis.
Verifikasi
Perusahaan ini mengevaluasi apakah produk, proses produksi, sistem manajemen, atau layanan memenuhi standar nasional maupun internasional, termasuk regulasi lingkungan, keselamatan, dan keamanan.
Pengujian (Testing/Analisis)
Melalui jaringan laboratoriumnya yang canggih, SGS melakukan analisis kimia, fisik, dan mikrobiologis untuk menjamin keamanan konsumen dan kepatuhan terhadap standar seperti SNI, FDA, atau CE.
Sertifikasi
SGS memberikan sertifikasi sistem manajemen (seperti ISO 9001 untuk mutu, ISO 14001 untuk lingkungan), sertifikasi produk, hingga audit kesesuaian bagi pelaku usaha yang ingin menembus pasar global.
Mengapa SGS Dipilih Jika Bea Cukai Gagal?
Kepercayaan terhadap SGS tidak datang begitu saja. Reputasinya sebagai pihak netral, independen, dan berstandar global membuatnya menjadi pilihan logis ketika institusi pemerintah dinilai tidak mampu menjalankan tugasnya secara efisien. Di banyak negara berkembang, SGS—bersama dengan perusahaan TIC lain seperti Bureau Veritas atau Intertek—sering kali menjadi mitra dalam program pengawasan impor untuk mengamankan pendapatan negara dan mencegah penyelundupan.
Namun, pengalihan peran ke pihak swasta juga menuai pro dan kontra. Di satu sisi, efisiensi dan transparansi bisa meningkat. Di sisi lain, ada kekhawatiran soal kedaulatan negara, potensi konflik kepentingan, serta biaya operasional yang mungkin dibebankan ke importir—dan pada akhirnya ke konsumen.
Baca juga: Resmi Cerai dari Fandy Christian, Dahlia Poland Pilih Tinggalkana Anak-Anak: Aku Sekarang Ngekos