Tragedi Wang Fuk Court: Kebakaran Mematikan di Hong Kong Tewaskan 55 Orang, Ratusan Masih Hilang—Dua WNI Jadi Korban
Hongkong-Instagram-
Tragedi Wang Fuk Court: Kebakaran Mematikan di Hong Kong Tewaskan 55 Orang, Ratusan Masih Hilang—Dua WNI Jadi Korban
Hong Kong, 28 November 2025 — Duka mendalam menyelimuti kawasan Tai Po, Hong Kong, menyusul kebakaran maha dahsyat yang melanda kompleks perumahan Wang Fuk Court pada Rabu (26/11/2025). Bencana ini mencatatkan diri sebagai salah satu insiden kebakaran paling mematikan dalam sejarah Hong Kong modern, dengan 55 nyawa melayang, ratusan orang masih belum ditemukan, dan puluhan korban luka kritis. Di antara korban tersebut, terdapat Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi bagian dari ribuan pekerja migran yang tinggal di kawasan padat penduduk tersebut.
Peristiwa tragis ini bukan hanya mengejutkan warga setempat, tetapi juga mengguncang dunia internasional. Kompleks Wang Fuk Court—yang biasanya menjadi simbol kenyamanan bagi ribuan warga—kini berubah menjadi reruntuhan asap, abu, dan kesedihan mendalam.
Awal Mula Api Menjalar: Renovasi Berujung Bencana
Kebakaran bermula di gedung Wang Cheong House, salah satu blok apartemen di Wang Fuk Court yang sedang dalam proses renovasi. Menurut laporan awal dari Departemen Pemadam Kebakaran Hong Kong, percikan api awalnya muncul di sekitar perancah bambu yang melingkupi gedung tersebut. Material konstruksi seperti jaring pelindung dan panel insulasi berbahan polistirena—yang dikenal sangat mudah terbakar—disebut mempercepat penyebaran api secara eksplosif.
Dalam hitungan jam, kobaran api yang awalnya lokal menjalar dengan kecepatan mengejutkan ke tujuh dari delapan blok apartemen di kompleks tersebut. Tiupan angin kencang dan struktur bangunan yang padat memperparah situasi, membuat upaya pemadaman menjadi sangat sulit.
Ahli keselamatan bangunan dari Universitas Hong Kong, Dr. Li Ming, menyatakan bahwa penggunaan bahan mudah terbakar dalam proyek renovasi—terutama di gedung tinggi—seharusnya sudah menjadi larangan mutlak. “Ini adalah kegagalan sistemik dalam pengawasan keamanan konstruksi,” tegasnya dalam wawancara eksklusif dengan media lokal.
Nasib 4.000 Jiwa: Korban Lansia dan Keluarga Rentan
Wang Fuk Court adalah kompleks perumahan publik yang dihuni lebih dari 4.000 orang. Banyak penghuninya adalah lansia, ibu rumah tangga, dan pekerja migran—kelompok yang paling rentan dalam situasi darurat. Sebagian besar korban tewas ditemukan di lantai atas, di mana akses evakuasi terbatas dan asap tebal mempercepat sesak napas hingga kehilangan kesadaran.
Hingga Kamis sore (27/11/2025), otoritas Hong Kong melaporkan bahwa 55 orang telah meninggal dunia. Di antara korban adalah seorang petugas pemadam kebakaran yang gugur saat berusaha mengevakuasi warga dari lantai 18. Sementara itu, lebih dari 279 orang masih dinyatakan hilang, dan puluhan lainnya dirawat intensif di rumah sakit dengan luka bakar parah serta gangguan pernapasan akibat menghirup asap beracun.
Dua WNI Meninggal Dunia, KJRI Bergerak Cepat
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong telah mengonfirmasi bahwa empat WNI terlibat dalam insiden ini. Dua orang di antaranya meninggal dunia, sementara dua lainnya mengalami luka-luka ringan hingga sedang. Semua korban adalah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dan tinggal di unit apartemen bersama keluarga majikan mereka.
KJRI Hong Kong langsung mengaktifkan Posko Darurat dan mengirim tim pendampingan untuk memberikan bantuan psikologis, tempat penampungan sementara, serta dukungan logistik. Pihak konsulat juga bekerja sama dengan otoritas setempat untuk memastikan proses repatriasi jenazah berjalan lancar sesuai prosedur dan keinginan keluarga di Indonesia.
“Kami berduka mendalam atas kehilangan ini. Hak-hak korban, termasuk hak atas pemakaman layak dan kompensasi, sedang kami perjuangkan bersama pihak berwenang Hong Kong,” ujar Konsul Protokol dan Konsuler KJRI, dalam keterangan resmi.
Kritik Publik terhadap Respons Evakuasi
Meski ratusan petugas penyelamat—termasuk tim tanggap darurat dari Shenzhen dan Guangzhou—dikerahkan, proses evakuasi dianggap lambat dan tidak terkoordinasi dengan baik. Banyak warga melaporkan bahwa alarm kebakaran tidak berbunyi sama sekali, dan pengumuman evakuasi melalui pengeras suara terlambat diberikan.
“Saya keluar dari apartemen karena melihat api dengan mata kepala sendiri, bukan karena peringatan resmi,” ungkap seorang warga yang selamat kepada media lokal. “Saat itu, tangga sudah penuh asap dan panasnya luar biasa.”
Kritik juga ditujukan kepada sistem peringatan dini dan infrastruktur keselamatan gedung yang dianggap usang. Para aktivis hak perumahan menyerukan audit nasional terhadap seluruh kompleks perumahan publik di Hong Kong, terutama yang sedang direnovasi.
Respons Cepat dari Pemerintah Hong Kong dan Beijing
Pemimpin Eksekutif Hong Kong, John Lee, menyebut insiden ini sebagai “bencana besar yang mengguncang hati semua warga.” Dalam konferensi pers darurat, ia berjanji akan menggunakan seluruh sumber daya pemerintah untuk operasi pencarian, perawatan medis, dan investigasi menyeluruh terhadap penyebab kebakaran serta kegagalan sistem evakuasi.
Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping, turut menyampaikan belasungkawa mendalam dan memerintahkan pejabat pusat untuk memberikan dukungan logistik, teknis, dan personel dalam penanganan krisis. “Keselamatan nyawa warga adalah prioritas tertinggi,” demikian pernyataan dari Kantor Presiden di Beijing.
Krisis Perumahan Semakin Mengganas
Hong Kong selama ini dikenal sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di dunia, termasuk dalam hal perumahan. Wang Fuk Court adalah salah satu solusi pemerintah untuk menyediakan hunian terjangkau. Namun, bencana ini mengekspos kerentanan struktural yang selama ini diabaikan.
Ratusan keluarga kini kehilangan tempat tinggal. Mereka tersebar di pusat penampungan darurat seperti aula komunitas, sekolah, dan gedung olahraga. Banyak yang kehilangan seluruh harta benda, dokumen penting, dan bahkan anggota keluarga.