Apa Itu Golden Time? Proses Evakuasi Detik-Detik Krusial dalam Upaya Penyelamatan Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo

Apa Itu Golden Time? Proses Evakuasi Detik-Detik Krusial dalam Upaya Penyelamatan Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo

Cor-Instagram-

Apa Itu Golden Time? Proses Evakuasi Detik-Detik Krusial dalam Upaya Penyelamatan Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo

Istilah golden time atau “waktu emas” kini menjadi sorotan publik nasional hingga internasional menyusul tragedi ambruknya bangunan tiga lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Peristiwa yang terjadi pada Senin, 29 September 2025, itu bukan hanya mengejutkan warga sekitar, tetapi juga mengguncang hati seluruh bangsa Indonesia. Di tengah upaya penyelamatan yang terus berlangsung, konsep golden time menjadi penentu nyawa bagi puluhan santri yang masih terjebak di bawah tumpukan beton dan besi.



Tragedi Senja yang Mengguncang Negeri
Sore itu, sekitar pukul 15.30 WIB, ratusan santri tengah khusyuk menjalankan ibadah salat Asar di dalam gedung utama Ponpes Al Khoziny. Namun, ketenangan tiba-tiba berubah menjadi kepanikan saat struktur bangunan tiga lantai itu runtuh tanpa peringatan. Suara gemuruh disusul debu tebal menyelimuti area pondok pesantren yang selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan Islam yang tenang dan penuh kedamaian.

Dalam sekejap, ratusan nyawa terancam. Data terkini hingga Kamis, 2 Oktober 2025, menunjukkan bahwa 102 korban telah berhasil dievakuasi. Namun, di balik kabar selamat itu, tiga santri dinyatakan meninggal dunia akibat luka berat yang diderita. Lebih menyedihkan lagi, sekitar 58 orang lainnya masih belum ditemukan dan diperkirakan terkubur dalam reruntuhan bangunan yang kini menjadi medan operasi SAR (Search and Rescue) terbesar di Jawa Timur tahun ini.

Apa Itu Golden Time dalam Evakuasi?
Istilah golden time atau “waktu emas” bukanlah istilah asing dalam dunia penyelamatan bencana. Dalam konteks evakuasi korban reruntuhan bangunan, golden time mengacu pada rentang waktu kritis—biasanya 72 jam pertama sejak kejadian—di mana peluang korban untuk bertahan hidup masih sangat tinggi. Setelah melewati batas waktu tersebut, risiko kematian akibat cedera internal, dehidrasi, hipotermia, atau kekurangan oksigen meningkat drastis.


Dalam tragedi Ponpes Al Khoziny, golden time dimulai sejak Senin sore, 29 September 2025, pukul 15.30 WIB. Artinya, batas krusial tersebut akan berakhir pada Kamis, 2 Oktober 2025, sekitar pukul 15.30 WIB. Di hari ketiga evakuasi ini, tekanan psikologis dan fisik tidak hanya dirasakan oleh keluarga korban, tetapi juga oleh ratusan personel SAR yang bekerja tanpa henti.

Upaya Evakuasi Intensif di Hari Ketiga
Hingga Kamis pagi, tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan, hingga tenaga medis terus berjuang menembus reruntuhan beton tebal. Pada hari pertama dan kedua, evakuasi dilakukan secara manual untuk menghindari risiko cedera tambahan pada korban yang mungkin masih hidup. Namun, memasuki hari ketiga, strategi penyelamatan mulai bergeser.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Dr. Suharyanto, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengerahkan lebih dari 500 personel gabungan serta alat berat, termasuk crane dan ekskavator, untuk mempercepat proses evakuasi. “Kami harus seimbangkan antara kecepatan dan kehati-hatian. Alat berat baru digunakan setelah dipastikan tidak ada risiko terhadap korban yang masih hidup,” ujarnya dalam konferensi pers di lokasi kejadian.

Penggunaan crane sempat menuai pertanyaan dari publik, terutama di media sosial, yang mempertanyakan mengapa alat berat tidak digunakan sejak awal. Namun, para ahli SAR menjelaskan bahwa penggunaan alat berat di awal evakuasi justru bisa memperparah kondisi korban akibat getaran atau pergeseran struktur yang tidak terkendali.

Sorotan Publik dan Dukungan Nasional
Tragedi ini tidak hanya menjadi perhatian nasional, tetapi juga viral di berbagai platform digital. Unggahan di TikTok oleh akun @tattwamasi6 dengan narasi “Jelang akhir golden time Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo” telah dibagikan ribuan kali, memicu gelombang doa dan dukungan dari seluruh penjuru negeri. Tagar #PrayForAlKhoziny dan #GoldenTimeSidoarjo pun sempat menduduki trending topic di Twitter Indonesia.

Masyarakat dari berbagai latar belakang—mulai dari artis, tokoh agama, hingga komunitas relawan—berbondong-bondong memberikan bantuan logistik, tenaga medis, hingga layanan psikologis bagi para korban dan keluarga yang trauma. Bahkan, Presiden Republik Indonesia dikabarkan akan segera mengunjungi lokasi untuk memberikan dukungan moral sekaligus meninjau langsung proses evakuasi.

Mengapa Golden Time Begitu Penting?
Menurut dr. Rina Wijayanti, ahli trauma dari Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo, tubuh manusia hanya mampu bertahan maksimal 3–4 hari tanpa asupan air dan makanan, terlebih jika mengalami cedera serius. “Dalam kondisi terjepit reruntuhan, korban bisa mengalami crush syndrome—kondisi berbahaya akibat pelepasan racun dari otot yang rusak ke aliran darah. Ini bisa menyebabkan gagal ginjal mendadak,” jelasnya.

Baca juga: Kehadiran Song Hye Kyo Sebagai Cameo di Drakor Genie, Make a Wish jadi Tanda Akan Adanya Season 2

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya