Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach Diberhentikan Sementara dari DPR: Kontroversi Pernyataan Picu Kemarahan Publik dan Langkah Tegas Partai NasDem

Sahroni--
Masyarakat Menuntut Pertanggungjawaban Lebih dari DPR
Kasus Sahroni dan Nafa bukan sekadar persoalan individu, melainkan cermin dari krisis kepercayaan publik terhadap lembaga legislatif. Banyak warganet dan pegiat demokrasi menilai bahwa DPR kerap terjebak dalam elitisme dan jauh dari realitas kehidupan rakyat.
"Kami bukan 'orang tolol' hanya karena ingin DPR yang lebih efisien dan transparan. Kami rakyat yang ingin perubahan," tulis akun @warganegara_peduli di media sosial.
Sementara itu, pakar politik dari Universitas Indonesia, Dr. Rizal Panggabean, menilai bahwa penonaktifan ini adalah langkah awal yang baik, tetapi belum cukup. "Partai harus lebih proaktif dalam mendidik anggotanya. Pernyataan seperti itu bukan hanya salah, tapi juga menunjukkan ketidakpekaan terhadap mandat rakyat," ujarnya.
Dampak Politik dan Masa Depan NasDem
Langkah tegas Partai NasDem ini dipandang sebagai upaya memulihkan citra partai yang sempat tercoreng. Dalam beberapa survei terakhir, NasDem masih memiliki basis dukungan yang kuat, terutama di kalangan pemilih muda yang menghargai sikap kritis dan keberpihakan terhadap rakyat.
Namun, kasus ini juga membuka diskusi lebih luas tentang kualitas anggota DPR. Banyak yang mempertanyakan seleksi calon legislatif (caleg) yang kerap mengedepankan popularitas daripada kapasitas dan integritas.
"Artis boleh masuk politik, tapi harus paham bahwa kursi DPR bukan panggung hiburan. Ini amanah rakyat," tegas Rizal.