Super Flu Sudah Masuk Indonesia: Kenali Gejala, Penyebaran, dan Cara Pencegahannya
flu-pixabay-
Super Flu Sudah Masuk Indonesia: Kenali Gejala, Penyebaran, dan Cara Pencegahannya
Di penghujung tahun 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan munculnya varian baru influenza yang dijuluki “Super Flu”. Virus ini bukan sekadar isu—fakta terbaru dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa kasus pertama “Super Flu” telah terdeteksi secara resmi di Tanah Air sejak 25 Desember 2025. Penemuan ini langsung memicu kewaspadaan nasional, terutama karena potensi penyebarannya yang cepat dan gejala yang tergolong lebih berat dibanding flu musiman biasa.
Apa Itu “Super Flu”?
Istilah “Super Flu” sebenarnya bukan nama resmi dalam dunia medis, melainkan julukan populer yang digunakan media dan masyarakat untuk menggambarkan varian influenza A (H3N2) subclade K—sebuah turunan baru dari virus influenza A yang dikenal sangat menular. Varian ini pertama kali muncul dalam laporan global pada akhir 2024 dan kini telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Menurut dr. Prima Yosephine, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, virus H3N2 bukanlah hal baru. “Virus ini pernah menyebabkan pandemi global pada tahun 1968, dikenal sebagai ‘Hong Kong Flu’, yang menewaskan lebih dari satu juta jiwa di seluruh dunia,” ungkapnya dalam keterangan pers Desember 2025.
Namun, subclade K yang kini beredar menunjukkan karakteristik unik: kemampuan penularan yang jauh lebih tinggi dibanding varian sebelumnya, terutama di kalangan anak-anak dan lansia—dua kelompok yang paling rentan terhadap komplikasi pernapasan.
Gejala “Super Flu” Lebih Berat dari Flu Biasa
Salah satu alasan mengapa “Super Flu” menjadi perhatian utama adalah tingkat keparahan gejalanya. Pasien yang terinfeksi subclade K dilaporkan mengalami gejala yang jauh lebih ekstrem dibanding flu musiman, bahkan lebih berat daripada gejala ringan hingga sedang yang biasa muncul pada kasus COVID-19.
Gejala utama yang umum ditemukan meliputi:
Demam tinggi mencapai 39–41°C, yang bisa bertahan lebih dari tiga hari;
Nyeri otot hebat yang membuat penderita sulit bergerak;
Kelelahan ekstrem, hingga mengganggu aktivitas harian;
Batuk kering yang persisten, sering disertai nyeri dada;
Sakit kepala berat dan nyeri sinus;
Radang tenggorokan parah, bahkan sampai menyulitkan menelan makanan.
Kombinasi gejala ini membuat banyak penderita harus beristirahat total selama 5–7 hari, dan dalam kasus tertentu, perlu dirawat di rumah sakit akibat dehidrasi atau komplikasi seperti pneumonia.
Penyebaran Cepat: Satu Orang Bisa Tularkan ke Dua atau Lebih
Salah satu ciri paling mengkhawatirkan dari “Super Flu” adalah tingkat reproduksi virus (R0) yang tinggi. Data awal menunjukkan bahwa satu orang yang terinfeksi berpotensi menularkan virus kepada dua hingga tiga orang lainnya, terutama di lingkungan padat seperti sekolah, kantor, atau pusat perbelanjaan.
Virus ini menyebar melalui droplet pernapasan—yaitu percikan air liur saat batuk, bersin, atau bahkan berbicara—dan juga dapat bertahan di permukaan benda selama beberapa jam. Oleh karena itu, kontak langsung maupun tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi menjadi jalur penularan utama.
Vaksin Masih Efektif, Tapi Perlu Diperbarui
Kabar baiknya, menurut dr. Prima, vaksin influenza musiman yang tersedia saat ini masih cukup efektif dalam mencegah infeksi parah akibat subclade K. Meskipun tidak 100% melindungi dari penularan, vaksinasi terbukti menurunkan risiko rawat inap dan komplikasi serius hingga 60–70%.