Berapa Biaya Pembangunan Patung Macan Putih Desa Balongjeruk Kediri? Benarkah Pakai Dana Pribadi Bukan APBN?
Macan-Instagram-
Berapa Biaya Pembangunan Patung Macan Putih Desa Balongjeruk Kediri? Benarkah Pakai Dana Pribadi Bukan APBN?
Sebuah patung yang diberi nama “Macan Putih” di Desa Balongjeruk, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, tiba-tiba menjadi sorotan publik. Patung tersebut viral di media sosial bukan karena kegagahannya, melainkan penampilannya yang—menurut netizen—lebih mirip badak daripada macan. Namun, di balik hebohnya perbincangan di dunia maya, tersimpan kisah menarik tentang semangat gotong royong, inisiatif kepala desa, dan komitmen terhadap budaya lokal yang layak diapresiasi.
Patung Viral yang Memicu Tanya: Dari Mana Dananya?
Dalam beberapa hari terakhir, unggahan tentang Patung Macan Putih tersebar luas di berbagai platform media sosial, terutama Instagram. Akun populer @lambe_turah pada Senin (29/12/2025) turut membagikan narasi soal patung tersebut, lengkap dengan spekulasi mengenai biaya pembangunannya yang disebut mencapai “jutaan rupiah”. Kabar ini pun langsung memicu kekhawatiran publik, terutama terkait kemungkinan penggunaan dana desa yang seharusnya dialokasikan untuk kepentingan masyarakat secara luas.
Menanggapi berbagai spekulasi tersebut, Kepala Desa Balongjeruk, Safii, langsung mengambil sikap tegas. Ia bahkan mengirimkan surat klarifikasi resmi kepada Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, untuk meluruskan informasi yang beredar.
Dibangun atas Usulan Warga, Bukan Proyek Pribadi
Dalam surat resmi yang dikirimkan dan dibagikan ke publik, Kades Safii menjelaskan bahwa pembangunan monumen Macan Putih bukanlah inisiatif pribadinya semata, melainkan hasil musyawarah warga Desa Balongjeruk. Patung tersebut dibuat sebagai representasi dari legenda lokal yang telah turun-temurun diceritakan oleh para tetua desa.
“Pembangunan monumen di mana Macan Putih sebagai obyeknya tak lepas dari cerita orang tua di Desa Balongjeruk,” tulis Safii dalam surat tersebut.
Menurut warga setempat, kisah Macan Putih merupakan bagian dari identitas budaya desa. Konon, makhluk tersebut dipercaya sebagai penjaga spiritual wilayah Balongjeruk pada masa lampau. Oleh karena itu, patung ini sejatinya dibangun sebagai bentuk penghormatan terhadap akar sejarah dan kepercayaan lokal yang masih dipegang teguh oleh masyarakat.
Dana 100% dari Kantong Pribadi, Total Hanya Rp3,5 Juta
Salah satu poin paling penting dalam klarifikasi Kades Safii adalah asal usul dana pembangunan patung. Ia menegaskan bahwa seluruh biaya pembuatan monumen—yang viral disebut “menghabiskan jutaan rupiah”—sebenarnya berasal dari kantong pribadinya.
“Seratus persen adalah dana pribadi Bapak Safii selaku Kepala Desa Balongjeruk dan tanpa menggunakan dana desa sama sekali,” tegasnya.
Lebih rinci, Safii menjelaskan rincian pengeluarannya: sebesar Rp2 juta digunakan untuk membayar tukang pembuat patung, sementara Rp1,5 juta dialokasikan untuk membeli bahan material. Total biaya pembangunan pun hanya mencapai Rp3,5 juta—angka yang jauh lebih kecil dari dugaan viral di media sosial.
Langkah ini sekaligus menepis kekhawatiran masyarakat tentang penyalahgunaan anggaran desa, sekaligus menunjukkan komitmen pribadi sang kepala desa dalam melestarikan nilai-nilai lokal.
Penampilan Patung Menuai Kritik, tapi Warga Malah Antusias
Meski secara visual patung tersebut menuai sorotan karena bentuknya yang—menurut banyak netizen—lebih menyerupai badak ketimbang macan, Kades Safii dengan rendah hati mengakui ketidaksesuaian tersebut. Ia mengatakan bahwa hasil akhir patung memang jauh dari rancangan awal yang diharapkan.
“Kami sadar penampakannya belum ideal. Tapi ini adalah upaya awal yang tulus dari hati kami,” ujarnya.
Yang menarik, meski menjadi bahan candaan di media sosial, patung Macan Putih justru menjadi daya tarik baru bagi Desa Balongjeruk. Warga setempat dan pengunjung dari luar desa kerap berhenti di lokasi untuk mengabadikan momen dengan berfoto di depan patung tersebut. Suasana keakraban dan kegembiraan terlihat jelas dari antusiasme masyarakat.