Daddy Issue Artinya Apa? Sheila Marcia Buka Suara soal Trauma Keluarga dalam Podcast Denny Sumargo
tanda tanya-BlenderTimer BlenderTimer-
Daddy Issue Artinya Apa? Sheila Marcia Buka Suara soal Trauma Keluarga dalam Podcast Denny Sumargo
Belakangan ini, istilah daddy issue kembali mencuri perhatian publik—bukan karena tren TikTok atau drama selebriti, melainkan karena pengakuan jujur dari aktris dan penyanyi ternama Indonesia, Sheila Marcia. Saat tampil dalam podcast populer milik Denny Sumargo (akrab disapa Densu), Sheila tak segan mengungkap luka emosional masa kecil yang ternyata masih membayangi kehidupan dewasanya. Namun, pengakuannya bukan sekadar curhat pribadi—ia membuka diskusi luas tentang bagaimana trauma hubungan dengan ayah bisa berdampak jauh lebih dalam, bahkan pada pola asuh dan dinamika keluarga generasi berikutnya.
Awal Mula Istilah “Daddy Issue” Jadi Bahan Perbincangan
Semua bermula dari sebuah sesi podcast santai namun penuh makna antara Denny Sumargo dan Sheila Marcia. Diawali dengan candaan ringan, Densu tiba-tiba melemparkan pertanyaan yang langsung menyentuh akar emosional:
“Don’t tell me you have daddy issue juga?”
Alih-alih mengelak, Sheila justru menjawab dengan kejujuran yang mengejutkan. Ia mengakui bahwa dirinya memang mengalami daddy issue, dan hal itu bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Namun, yang lebih menarik perhatian adalah cara Sheila menjelaskan dampaknya—bukan hanya pada dirinya sebagai anak, tetapi juga pada perannya sebagai ibu.
“Gak efek ke cuma anak loh, tapi dia efek ke seorang istri yang harusnya bisa dengan hati yang sukacita mencintai anaknya,” ungkap Sheila dengan suara yang penuh perasaan.
Ia melanjutkan dengan pertanyaan retoris yang menggugah: “Bagaimana seorang istri bisa menyayangi anaknya sepenuhnya jika ia dibikin gila sama suaminya?” Kalimat ini bukan hanya curahan hati, tapi juga cerminan nyata dari bagaimana luka emosional bisa mengalir dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Apa Sebenarnya Arti “Daddy Issue”?
Daddy issue bukan sekadar istilah gaul atau label untuk menggambarkan ketertarikan pada pria yang lebih tua. Dalam konteks psikologis, istilah ini merujuk pada kondisi emosional atau psikologis yang muncul akibat hubungan yang tidak sehat atau tidak harmonis antara seorang anak—terutama perempuan—dengan ayahnya sejak masa kecil.
Hubungan yang dimaksud bisa berupa ketidakhadiran fisik (misalnya karena perceraian, pekerjaan, atau kematian), atau ketidakhadiran emosional—yaitu ketika ayah hadir secara fisik, tetapi tidak memberikan kasih sayang, dukungan, atau pengakuan yang cukup. Akibatnya, anak tumbuh dengan rasa tidak aman dalam membentuk ikatan emosional, yang kemudian memengaruhi cara mereka menjalin hubungan saat dewasa.
Psikolog keluarga menjelaskan bahwa daddy issue bisa memicu pola perilaku tertentu, seperti kebutuhan berlebihan akan validasi, ketakutan ditinggalkan, atau justru menarik diri dari hubungan intim karena trauma tak disadari.
Penyebab Utama Munculnya Daddy Issue
Meski setiap kasus bersifat unik, beberapa faktor umum kerap menjadi akar dari daddy issue, antara lain:
Ketidakhadiran Ayah Secara Emosional atau Fisik
Ayah yang sibuk bekerja, acuh tak acuh, atau lebih memilih menjauh dari kehidupan keluarga bisa membuat anak merasa tidak dihargai atau tidak penting.
Hubungan Ayah-Anak yang Tertutup atau Konflik Berkepanjangan
Komunikasi yang buruk, kekerasan verbal, atau bahkan pelecehan emosional dapat meninggalkan luka dalam yang sulit sembuh tanpa intervensi profesional.
Ketidakstabilan Emosional Ayah
Ayah yang mudah marah, tidak konsisten dalam memberikan kasih sayang, atau bersikap manipulatif juga berkontribusi besar pada ketidakamanan emosional anak.
Perceraian atau Konflik Rumah Tangga yang Melibatkan Anak
Saat anak dipaksa memilih antara orang tua, atau merasa harus “menggantikan” peran ayah, trauma tersebut bisa berubah menjadi luka batin yang berkepanjangan.
Ciri-Ciri Seseorang yang Mengalami Daddy Issue
Tidak semua orang yang tumbuh dengan ayah yang tidak hadir mengalami daddy issue, tetapi beberapa pola perilaku umum sering muncul pada mereka yang mengalami gangguan emosional ini:
Tertarik pada pasangan yang jauh lebih tua, karena secara bawah sadar mencari figur ayah yang protektif atau memberikan rasa aman.
Kebutuhan intens akan validasi dan pujian, karena merasa tidak cukup berharga di masa kecil.
Rasa cemburu berlebihan atau takut ditinggalkan, yang sering memicu konflik dalam hubungan.
Kesulitan mempercayai pasangan, terutama dalam hal komitmen dan konsistensi emosional.
Mengidolakan atau membenci ayah secara ekstrem, sebagai mekanisme pertahanan psikologis.
Namun, penting untuk dicatat bahwa daddy issue bukanlah diagnosa klinis resmi, melainkan istilah populer yang menggambarkan pola perilaku akibat trauma masa kecil. Untuk penanganan yang tepat, konsultasi dengan psikolog atau terapis keluarga sangat disarankan.