Ratusan Arek Suroboyo Geruduk Kantor DPC Ormas Madas, Protes Pengusiran Nenek Elina yang Dinilai Bentuk Premanisme

Ratusan Arek Suroboyo Geruduk Kantor DPC Ormas Madas, Protes Pengusiran Nenek Elina yang Dinilai Bentuk Premanisme

Armuji-Instagram-

Ratusan Arek Suroboyo Geruduk Kantor DPC Ormas Madas, Protes Pengusiran Nenek Elina yang Dinilai Bentuk Premanisme

Gelombang kemarahan warga Surabaya, yang kerap disapa Arek Suroboyo, kembali mencuat ke permukaan. Kali ini, amarah tersebut ditujukan kepada Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Ormas Madas. Ratusan massa dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk Bonek (suporter Persebaya), komunitas Ojek Online (Ojol), serta sejumlah organisasi masyarakat lokal, melakukan aksi demonstrasi damai di depan kantor DPC Ormas Madas, Rabu (26/12/2025). Aksi ini merupakan bentuk solidaritas terhadap Nenek Elina, seorang warga lanjut usia yang dikabarkan diusir secara paksa oleh oknum ormas tersebut.



Kronologi Pengusiran yang Memicu Amarah Publik
Kasus bermula ketika Nenek Elina, seorang perempuan lansia yang tinggal di kawasan padat penduduk Surabaya, tiba-tiba diusir dari tempat tinggalnya tanpa alasan hukum yang jelas. Aksi pengusiran itu diduga dilakukan oleh sekelompok orang yang mengklaim berafiliasi dengan Ormas Madas. Tidak ada surat peringatan, tidak ada negosiasi, apalagi keputusan pengadilan—yang ada hanyalah intimidasi dan paksaan fisik terhadap seorang nenek renta yang tak berdaya.

Insiden tersebut dengan cepat menyebar di media sosial, memicu gelombang empati dan kemarahan warga. Banyak yang menilai tindakan tersebut bukan sekadar sengketa lahan biasa, melainkan bentuk premanisme terselubung yang merusak citra Kota Pahlawan yang dikenal toleran dan guyub.

Lokasi Aksi: Kantor Madas PAC Wonokromo Jadi Sasaran Tuntutan
Aksi demonstrasi massal yang digelar ratusan Arek Suroboyo berlangsung di depan kantor Madas PAC Wonokromo, yang beralamat di Jalan Raya Darmo Nomor 153, Surabaya. Sebelum tiba di lokasi, para demonstran telah berkumpul di Jalan Marmoyo untuk koordinasi dan memastikan aksi berlangsung tertib serta damai.


Meski aksi berlangsung padat, tidak terjadi bentrok fisik. Namun, suara yel-yel penolakan terhadap segala bentuk kekerasan dan premanisme bergema lantang, menunjukkan solidaritas kuat komunitas warga Surabaya terhadap sesama.

Respons Warganet: Solidaritas Meluas hingga ke Luar Kota
Video aksi tersebut sempat viral di platform TikTok, terutama melalui unggahan akun @feedgramindo pada 26 Desember 2025. Dalam video tersebut, terlihat ratusan orang berkumpul dengan spanduk bertuliskan “Tolak Premanisme”, “Bela Nenek Elina”, dan “Surabaya Bukan Tempat Preman Berkuasa”.

Respons warganet pun membanjir. Akun @yanto_aryesta menulis, “Jika tidak temukan jalan keluar, maka Jogja juga akan turun ke Surabaya untuk meramaikan.” Sementara akun @cuma_kuli_bro menyindir, “Udah bener mereka itu dikasih pulau sendiri, malah dibangun jembatan.” Ada pula yang mengkhawatirkan eskalasi konflik lebih luas. Akun @caturdanang165 bahkan menuliskan, “Apakah peristiwa Sampit part 2 akan terulang kembali?”—mengacu pada konflik etnis berdarah di awal 2000-an.

Ormas Madas: Antara Legitimasi dan Citra yang Tergores
Ormas Madas sendiri bukan nama baru di Surabaya. Organisasi ini memiliki sejumlah cabang di berbagai kecamatan, termasuk Wonokromo. Namun, kasus pengusiran Nenek Elina ini justru menodai citra ormas tersebut di mata publik. Sejumlah tokoh masyarakat dan aktivis HAM menyerukan agar pihak berwenang segera menyelidiki dugaan keterlibatan oknum Madas dalam tindakan premanisme tersebut.

“Ormas seharusnya menjadi mitra pemerintah dalam menjaga ketertiban, bukan justru jadi biang kerok ketakutan warga,” ujar salah seorang aktivis sosial Surabaya yang enggan disebutkan namanya.

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya