TEKS Khutbah Jumat, 2 Januari 2026 Menyambut Bulan Rajab: Momentum Menabur Benih Kebaikan di Awal Tahun 1447 H

TEKS Khutbah Jumat, 2 Januari 2026 Menyambut Bulan Rajab: Momentum Menabur Benih Kebaikan di Awal Tahun 1447 H

masjid-pixabay-

TEKS Khutbah Jumat, 2 Januari 2025 Menyambut Bulan Rajab: Momentum Menabur Benih Kebaikan di Awal Tahun 1447 H

Kurang dari seminggu menjelang pergantian menuju tahun baru Hijriyah 1447 H, umat Islam di seluruh dunia tengah bersiap menyambut kehadiran bulan Rajab, salah satu dari empat bulan suci dalam kalender Islam. Tepat pada Jumat, 2 Januari 2026, umat Muslim akan berkumpul di masjid-masjid untuk mendengarkan khutbah Jumat bertema "Menyambut Bulan Agung Rajab", sebuah momen spiritual yang sarat makna dan kesempatan emas untuk menguatkan kembali ikatan dengan Sang Pencipta.



Rajab bukan sekadar bulan biasa. Ia adalah waktu istimewa yang dipilih Allah SWT sebagai momentum bagi hamba-Nya untuk menanam benih kebaikan, memperbanyak doa, dan membersihkan hati dari noda dosa. Dalam tradisi Islam, bulan ini disebut Al-Asamm (yang tuli), karena pada masa jahiliyah sekalipun, suara pedang dan pertumpahan darah sengaja dihentikan sebagai bentuk penghormatan terhadap kemuliaannya.

Rajab: Bulan yang Dimuliakan Sejak Zaman Dahulu
Dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 36, Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu."


Empat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab—yang satu-satunya berdiri sendiri, tidak beriringan dengan tiga bulan lainnya. Keistimewaan Rajab bahkan telah diakui oleh bangsa Arab pra-Islam, yang menyebutnya Rajab Mudhar, karena suku Mudhar sangat menghormatinya. Kata "Rajab" sendiri berasal dari akar kata tarjib, yang berarti mengagungkan atau memuliakan.

Dua Pelajaran Utama dari Kemuliaan Bulan Rajab
Menyambut bulan suci ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan undangan ilahi untuk introspeksi dan transformasi spiritual. Para ulama sepakat bahwa pada bulan haram, dua hal utama harus menjadi perhatian umat:

Dosa dan maksiat menjadi lebih berat, sementara
Amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya.
Oleh karena itu, Allah SWT menegaskan larangan untuk “menganiaya diri sendiri” selama bulan-bulan haram. Ini bukan hanya larangan berperang atau menumpahkan darah, tetapi juga larangan terhadap kezaliman batin, seperti dendam, iri hati, ghibah, dan kelalaian dalam beribadah.

“Janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”
(QS. At-Taubah: 36)

Dalam konteks kehidupan modern, ‘menganiaya diri’ bisa berarti mengabaikan waktu untuk berdzikir, menunda taubat, atau membiarkan hati jauh dari Allah—meski di bulan yang penuh rahmat seperti Rajab.

Praktik Spiritual yang Dianjurkan di Bulan Rajab
Meski tidak ada ibadah khusus yang disyariatkan hanya untuk Rajab—seperti puasa wajib di Ramadan atau haji di Dzulhijjah—umat Islam tetap dianjurkan untuk memperbanyak amal sunnah sebagai bentuk persiapan menyambut Ramadan. Beberapa amalan yang dianjurkan antara lain:

Memperbanyak shalat sunnah, terutama Tahajud dan Dhuha
Berpuasa sunnah, seperti Senin-Kamis atau Ayyamul Bidh
Meningkatkan sedekah, terutama kepada fakir miskin dan anak yatim
Memperbanyak istighfar dan doa, termasuk doa khas bulan Rajab:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan."

Doa ini menjadi simbol kesinambungan spiritual: Rajab sebagai awal, Sya’ban sebagai persiapan, dan Ramadan sebagai puncak ibadah tahunan.

Rajab: Gerbang Menuju Ramadan yang Berkualitas
Bulan Rajab sering disebut sebagai “bulan persiapan spiritual”. Ia menjadi penanda bahwa waktu berlari cepat, dan Ramadan—bulan ampunan, rahmat, dan pembebasan dari api neraka—segera datang. Siapa yang memanfaatkan Rajab dengan sungguh-sungguh, insyaallah akan memasuki Ramadan dengan hati yang lebih bersih, niat yang lebih kuat, dan jiwa yang lebih siap.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:

"Ambillah masa sebelum datang masa yang lain."
(HR. Al-Baihaqi)

Maka, jangan biarkan Rajab 1447 H berlalu begitu saja. Jadikan ia sebagai tahap pertama dalam transformasi diri, sebelum memasuki Sya’ban dan puncaknya, Ramadan.

Ajakan untuk Umat: Jauhi Dosa, Perbanyak Kebaikan
Dalam khutbah Jumat 2 Januari 2026, khatib mengingatkan jamaah bahwa tugas utama di bulan Rajab ada dua:

Menjauhi segala bentuk kezaliman dan maksiat, karena dosanya lebih berat di waktu suci ini.
Memperbanyak amal saleh secara konsisten, bukan hanya sebagai “proyek bulanan”, tetapi sebagai bagian dari keseharian seorang mukmin.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 77:

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya