Harga Cabai Rawit Meledak: Tembus Rp200 Ribu per Kilogram, Warga Papua Pegunungan Terdampak Berat

Harga Cabai Rawit Meledak: Tembus Rp200 Ribu per Kilogram, Warga Papua Pegunungan Terdampak Berat

cabe-pixabay-

Di Papua Pegunungan, situasinya lebih kritis. Masyarakat setempat yang biasanya mengandalkan cabai sebagai bumbu utama kini terpaksa mengurangi konsumsi atau mencari pengganti, yang justru lebih mahal dan sulit didapat.

Solusi Jangka Pendek dan Panjang
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Badan Pangan Nasional telah menggelar operasi pasar dan memperkuat sistem logistik pangan di daerah terpencil. Namun, para pengamat menekankan perlunya strategi jangka panjang, seperti:



Baca juga: Apakah Film The Housemaid 2025 Dibintangi Sydney Sweeney, Akankah Lanjut Season 2?

Revitalisasi pertanian cabai di daerah non-Jawa
Diversifikasi komoditas pangan lokal
Pembangunan infrastruktur distribusi ke daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal)
Penerapan teknologi pertanian tahan iklim
“Krisis harga cabai bukan masalah baru. Ini siklus berulang yang harus diputus dengan kebijakan struktural, bukan sekadar intervensi darurat,” tegas Lina.

Penutup: Cabai Kecil, Dampak Besar
Cabai rawit mungkin hanya berukuran kecil, tetapi perannya dalam keseharian masyarakat Indonesia sangat besar—baik dari sisi budaya kuliner maupun ekonomi rumah tangga. Lonjakan harganya menjadi cerminan kerentanan sistem pangan nasional terhadap gangguan iklim dan disrupsi logistik.


Dengan Natal dan Tahun Baru semakin dekat, semua pihak—pemerintah, pelaku usaha, hingga konsumen—harus bersinergi untuk menjaga stabilitas harga pangan. Karena di balik setiap kilogram cabai rawit yang kini bernilai ratusan ribu rupiah, ada kisah perjuangan masyarakat yang berusaha mempertahankan rasa pedas dalam hidup mereka—secara harfiah maupun metaforis.

 

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya