Profil Tampang OK Muhammad Hafiz Sosok yang Menikam Dr. Ir. Orang Kaya Hasnanda Syahputra Dosen Kehutanan USU Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG
Ok-Instagram-
Profil Tampang OK Muhammad Hafiz Sosok yang Menikam Dr. Ir. Orang Kaya Hasnanda Syahputra Dosen Kehutanan USU Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG
Dunia akademik Sumatera Utara diguncang duka mendalam. Dr. Ir. Orang Kaya Hasnanda Syahputra, MP, IPM, seorang dosen senior Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara (USU), tewas secara tragis di tangan anak kandungnya sendiri pada Minggu pagi, 30 November 2025. Peristiwa yang terjadi di kediamannya di Jalan Alumunium, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, ini bukan hanya mengejutkan keluarga dan kolega, tetapi juga menggugah kesadaran publik tentang kompleksitas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang kerap tersembunyi di balik pintu tertutup.
Korban: Akademisi Berprestasi dengan Akar Kebangsawanan Melayu
Nama Dr. Ir. Orang Kaya Hasnanda Syahputra bukan sekadar identitas—ia menyimpan jejak budaya. “OK” yang mengawali namanya merupakan gelar kehormatan tradisional dalam masyarakat Melayu, biasanya diberikan kepada keturunan bangsawan atau keluarga dengan status sosial tinggi. Lahir di Aceh Timur, 23 Oktober 1967, Hasnanda tumbuh menjadi sosok yang tak hanya menjunjung tinggi nilai leluhur, tetapi juga berkomitmen pada ilmu pengetahuan dan pelestarian alam.
Pendidikannya membentang dari Aceh hingga Bogor. Ia menyelesaikan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Banda Aceh (1993), melanjutkan S2 di Universitas Syiah Kuala (2004) dengan gelar Magister Pertanian, lalu meraih gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2018. Disertasinya yang fokus pada kelembagaan kehutanan dan resolusi konflik tenurial kehutanan mencerminkan kepeduliannya terhadap keadilan sosial dan ekosistem berkelanjutan.
Jejak Karier yang Menginspirasi
Perjalanan profesionalnya dimulai jauh sebelum ia mengenakan jubah akademik. Sejak 1990, Hasnanda aktif di lapangan—bekerja di Hutan Tanaman Industri (HTI) Aceh Besar, kemudian di Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Aceh Barat hingga tahun 2000. Pengalaman empiris ini menjadi fondasi kuat ketika ia beralih ke dunia pendidikan.
Sejak 2006, ia mengabdikan diri sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Banda Aceh. Karier akademiknya terus menanjak: Kaprodi Kehutanan Universitas Almuslim Bireun (2018–2019), lalu menjadi Dekan Fakultas Sains Pertanian dan Peternakan di Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, Bireun (2019–2020). Pada 2020, ia bergabung dengan Fakultas Kehutanan USU—salah satu fakultas paling bergengsi di Indonesia—tempat ia menghabiskan lima tahun terakhir kariernya sebagai pengajar dan peneliti.
Selain mengajar, ia aktif di berbagai organisasi profesi, termasuk Komunitas Manajemen Hutan Indonesia (KOMHINDO), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Badan Kejuruan Kehutanan PII, serta Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan Indonesia (PERWAKU) Sumatera Utara. Ia juga terlibat dalam Pusat Unggulan Iptek (PUI) Mangrove dan PUI Bambu—dua inisiatif strategis yang mendukung keberlanjutan ekosistem hutan tropis Indonesia.
Pagi yang Kelam: Ketika Amarah Anak Meledak
Namun, di balik citra seorang akademisi terhormat, tersembunyi kisah kelam yang berujung pada tragedi. Pada pukul 09.00 WIB, 30 November 2025, OK Muhammad Hafiz—putra kandung korban yang masih berstatus mahasiswa—mengamuk. Menurut keterangan polisi, Hafiz mengaku tak tahan melihat perlakuan ayahnya terhadap sang ibu.
“Ayah saya sering memarahi dan memukul ibu. Saya sudah tidak tahan melihatnya,” ujar Hafiz dalam pemeriksaan awal.
Dalam emosi yang memuncak, Hafiz mengambil pisau dapur dan menikam punggung ayahnya berulang kali. Hasnanda tumbang di lantai rumahnya sendiri, bersimbah darah. Ia dinyatakan meninggal akibat kehabisan darah sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit.
KDRT: Bayangan Gelap di Balik Prestasi Publik
Kasus ini menjadi pengingat pahit bahwa kekerasan dalam rumah tangga tak mengenal status sosial, profesi, atau gelar akademis. Seorang doktor yang mengajar tentang resolusi konflik dan keadilan sosial justru diduga menjadi pelaku kekerasan terhadap pasangan hidupnya di ruang privat.
Psikolog sosial dari Universitas Negeri Medan, Dr. Lina Marlina, menyatakan bahwa KDRT sering kali terjadi dalam lingkungan yang tampak harmonis dari luar. “Pelaku bisa saja orang terhormat di masyarakat, tetapi memiliki pola pengendalian dan kekerasan terhadap keluarga. Ini disebut ‘mask of normalcy’—topeng normalitas,” jelasnya.