Klarifikasih Roti O Akhirnya Minta Maaf Usai Tolak Uang Tunai dari Nenek-Nenek: Hanya Ingin Beri Promo, Bukan Menolak Pelanggan
Roti-Instagram-
Klarifikasih Roti O Akhirnya Minta Maaf Usai Tolak Uang Tunai dari Nenek-Nenek: Hanya Ingin Beri Promo, Bukan Menolak Pelanggan
Kasus penolakan pembayaran tunai oleh salah satu gerai Roti O terhadap seorang nenek viral di media sosial pekan ini, memicu gelombang empati dan kritik dari publik. Menanggapi sorotan luas tersebut, manajemen Roti O akhirnya angkat suara dan menyampaikan permintaan maaf resmi melalui akun Instagram resminya, @rotio.indonesia.
Dalam unggahan yang diposting pada Minggu, 21 Desember 2025, Roti O mengakui insiden tersebut dan menyatakan penyesalan mendalam atas ketidaknyamanan yang dialami pelanggan—terutama sosok lansia yang menjadi pusat perhatian dalam video viral tersebut.
“Kami mohon maaf atas kejadian yang beredar dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan,” demikian pernyataan resmi yang disampaikan oleh tim manajemen Roti O.
Video Viral: Nenek Ditolak Bayar dengan Uang Tunai
Insiden yang kini menjadi perbincangan hangat di jagat maya bermula dari sebuah video pendek yang menunjukkan seorang nenek berusia lanjut berusaha membeli roti di salah satu outlet Roti O. Sang nenek, dengan uang kertas di tangan, tampak kebingungan ketika kasir menolak menerima pembayaran tunai dan memintanya menggunakan metode pembayaran digital.
Ekspresi kecewa dan kebingungan sang nenek—yang hanya ingin menikmati sepotong roti dengan uang hasil menabung harian—menyentuh hati jutaan warganet. Video tersebut menyebar viral dalam hitungan jam, memicu diskusi luas tentang inklusivitas layanan, aksesibilitas teknologi, serta empati dalam pelayanan pelanggan.
Banyak netizen menyayangkan sikap petugas yang dianggap kurang peka terhadap kondisi pelanggan lansia yang tidak memiliki akses atau kebiasaan menggunakan dompet digital.
Roti O Jelaskan Alasan di Balik Kebijakan Non-Tunai
Dalam klarifikasinya, Roti O menekankan bahwa kebijakan mendorong transaksi non-tunai bukan dimaksudkan untuk menolak pelanggan, melainkan sebagai bagian dari strategi promosi dan efisiensi operasional.
“Penggunaan aplikasi dan transaksi non-tunai di outlet kami bertujuan untuk memberikan kemudahan serta memberikan berbagai promo dan potongan harga bagi pelanggan setia kami,” jelas pihak Roti O dalam unggahan tersebut.
Pihak manajemen mengakui bahwa dalam praktiknya, penerapan kebijakan tersebut tampaknya kurang disosialisasikan dengan baik oleh staf di lapangan—terutama dalam konteks pelayanan kepada kelompok rentan seperti lansia atau mereka yang belum familiar dengan sistem pembayaran digital.
Evaluasi Internal dan Komitmen Perbaikan Layanan
Sebagai langkah konkret pasca-insiden, Roti O mengungkapkan telah melakukan evaluasi internal menyeluruh. Evaluasi tersebut mencakup pelatihan ulang bagi seluruh staf di berbagai gerai, khususnya terkait pelayanan inklusif dan penanganan situasi sensitif.
“Saat ini kami sudah melakukan evaluasi internal agar ke depannya tim kami dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. Terima kasih atas masukan dan kepercayaan yang diberikan kepada kami,” tutup pernyataan Roti O.
Langkah ini mendapat sambutan positif dari sebagian warganet, yang berharap insiden serupa tidak terulang di masa depan—terlebih di tengah transformasi digital yang semakin masif, namun tetap harus mempertimbangkan keberagaman latar belakang dan kemampuan pelanggan.
Pentingnya Keseimbangan antara Inovasi dan Humanisme dalam Bisnis
Kasus Roti O menjadi pengingat penting bagi pelaku usaha di era digital: bahwa inovasi teknologi harus selaras dengan nilai kemanusiaan. Meski sistem pembayaran digital menawarkan efisiensi dan keuntungan promosi, penolakan terhadap pembayaran tunai—tanpa alternatif atau empati—dapat berdampak negatif pada citra merek dan kepercayaan publik.