Program Makan Bergizi Gratis Tetap Jalan Saat Libur Sekolah, Ini Skema Lengkapnya dari BGN
makanan-pixabay-
Program Makan Bergizi Gratis Tetap Jalan Saat Libur Sekolah, Ini Skema Lengkapnya dari BGN
Di tengah libur sekolah yang biasanya identik dengan penurunan aktivitas di lingkungan pendidikan, pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) tetap berjalan lancar. Langkah ini diambil sebagai bentuk komitmen kuat pemerintah dalam menjaga keberlanjutan asupan gizi bagi anak-anak usia sekolah—kelompok rentan yang tak boleh luput dari perhatian, bahkan saat sekolah sedang libur.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menjelaskan secara rinci skema pelaksanaan MBG selama masa liburan sekolah. Dalam keterangannya kepada Bloomberg Technoz pada Sabtu (20/12/2025), Dadan menegaskan bahwa pemenuhan gizi anak tidak boleh terganggu hanya karena kegiatan belajar mengajar dihentikan sementara.
“Kami ingin memastikan bahwa hak anak atas gizi yang cukup dan berkualitas tetap terpenuhi, tanpa tergantung pada jadwal akademik,” ujarnya.
Empat Hari Pertama Libur: Makanan Siap Santap Langsung Diberikan
Menurut Dadan, pada awal masa libur sekolah, siswa penerima manfaat MBG akan tetap menerima makanan siap santap selama maksimal empat hari pertama libur. Menu yang disediakan tidak main-main: telur, buah segar, susu, serta lauk bernutrisi tinggi seperti abon atau dendeng—semua dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang sesuai rekomendasi ahli gizi nasional.
“Makanan ini sudah dikemas dan disiapkan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di masing-masing sekolah, sehingga siswa tinggal mengonsumsinya tanpa perlu repot memasak,” terangnya.
Langkah ini bertujuan mencegah jeda asupan gizi pada anak yang biasanya mengandalkan MBG sebagai salah satu sumber makanan utama, terutama di daerah dengan keterbatasan akses pangan.
Skema Fleksibel untuk Hari-Hari Berikutnya
Setelah empat hari pertama, pelaksanaan MBG akan menyesuaikan dengan ketersediaan dan kesiapan siswa serta keluarganya. BGN tidak menerapkan pendekatan “satu ukuran untuk semua”, melainkan sistem distribusi yang fleksibel dan responsif terhadap kondisi lapangan.
“Jika anak-anak bersedia datang ke sekolah, distribusi akan dilakukan di sana. Tapi jika tidak, kami akan mencatat dan menyalurkan makanan melalui dua opsi: pengantaran langsung ke rumah atau pengambilan di SPPG terdekat,” jelas Dadan.
Untuk memastikan efisiensi dan ketepatan sasaran, BGN mewajibkan setiap SPPG melakukan inventarisasi data secara detail. “Masing-masing SPPG perlu memetakan: berapa banyak siswa yang masih aktif mengambil makanan, seberapa sering mereka datang, dan apakah mereka membutuhkan layanan antar,” tambahnya.
Peran Strategis SPPG dalam Menjaga Kontinuitas Program
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), yang tersebar di seluruh Indonesia, menjadi garda terdepan dalam pelaksanaan MBG selama libur sekolah. Mereka tidak hanya bertugas membagikan makanan, tetapi juga memetakan pola kebutuhan, mengoordinasikan logistik, hingga memastikan kualitas gizi tetap terjaga.
“SPPG adalah jantung dari program ini. Mereka yang tahu betul kondisi lokal, siapa yang membutuhkan, dan bagaimana cara terbaik menjangkau mereka,” ujar Dadan.
Kolaborasi antara BGN, sekolah, masyarakat, dan relawan lokal menjadi kunci keberhasilan distribusi, terutama di wilayah terpencil atau daerah dengan infrastruktur terbatas.
Kelompok Non-Peserta Didik Tetap Dapat Akses Tanpa Perubahan
Selain fokus pada siswa sekolah, BGN juga menegaskan bahwa kelompok sasaran non-peserta didik—seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita—tidak mengalami perubahan dalam skema penyaluran MBG selama libur sekolah.
“Untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita, program berjalan seperti biasa. Mereka tetap menerima makanan bergizi sesuai jadwal yang telah ditetapkan di posyandu atau pusat pelayanan gizi setempat,” kata Dadan.
Kelompok ini, yang juga termasuk dalam kategori rentan gizi, tetap menjadi prioritas nasional dalam upaya pencegahan stunting dan peningkatan kualitas generasi penerus bangsa.