Tragedi di Pondok Pesantren Santri Manjung Wonogiri: Santri 12 Tahun Meninggal, Dugaan Perundungan Picu Sorotan Nasional

Tragedi di Pondok Pesantren Santri Manjung Wonogiri: Santri 12 Tahun Meninggal, Dugaan Perundungan Picu Sorotan Nasional

tanda tanya-geralt/pixabay-

Tragedi di Pondok Pesantren Santri Manjung Wonogiri: Santri 12 Tahun Meninggal, Dugaan Perundungan Picu Sorotan Nasional

Dunia pendidikan pesantren di Tanah Air kembali diguncang duka. Seorang santri berusia 12 tahun, berinisial MMA, ditemukan meninggal dunia pada 15 Desember 2025 usai menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Kematian tragisnya bukan hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga, tetapi juga memicu gelombang pertanyaan dan kecurigaan publik, terutama terkait dugaan adanya praktik perundungan atau bullying di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) Santri Manjung, Wonogiri, Jawa Tengah.



Kasus ini langsung menjadi sorotan nasional setelah beredar luas di media sosial, terutama lewat unggahan akun TikTok @geprek_bintoro yang mengungkap detail mengenai kondisi jenazah MMA. Publik pun mulai menyoroti sosok di balik pondok pesantren tersebut—siapa sebenarnya pemilik Ponpes Santri Manjung, dan bagaimana lingkungan pendidikan di sana bisa berujung pada tragedi ini?

Identitas Korban dan Kronologi Kejadian
MMA, seorang santri asal Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, merupakan siswa kelas 7 SMP yang masih berada di masa awal masa remajanya. Menurut laporan awal, pada 13 Desember 2025, MMA masih terlihat beraktivitas normal seperti santri lainnya—mengikuti kegiatan belajar mengajar, beribadah, dan berinteraksi dengan teman-temannya.

Namun, kondisinya tiba-tiba menurun. Pada hari itu, MMA sempat mengeluh tidak enak badan dan mengaku telah meminum obat. Pemilik pondok, Bripka Eko Julianto, mengatakan bahwa korban memang terlihat kurang sehat, namun tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan fisik atau gangguan serius.


Keesokan harinya, 14 Desember 2025, MMA meminta izin sakit. Orang tuanya pun segera menjemput dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Di sana, kondisinya memburuk secara drastis hingga membutuhkan perawatan intensif. Sayangnya, nyawa MMA tak tertolong. Ia dinyatakan meninggal dunia pada 15 Desember 2025.

Temuan Mencurigakan di Tubuh Korban
Yang membuat kasus ini semakin menyedihkan dan memicu dugaan kuat adanya kekerasan adalah temuan keluarga saat memandikan jenazah MMA. Mereka menemukan memar dan lebam di beberapa bagian tubuh sang anak—tanda yang tidak biasa muncul akibat penyakit biasa.

Kejanggalan inilah yang kemudian mendorong pihak keluarga untuk melaporkan dugaan perundungan kepada aparat berwenang. Kabar ini pun menyebar cepat, terutama di platform media sosial, memicu kemarahan dan keprihatinan warganet dari seluruh Indonesia.

Siapa Pemilik Ponpes Santri Manjung?
Pondok Pesantren Santri Manjung, yang berlokasi di Wonogiri, ternyata didirikan dan dikelola oleh seorang anggota kepolisian aktif berpangkat Bripka bernama Eko Julianto. Ponpes ini telah beroperasi sejak tahun 2015 dan kini menampung ratusan santri dari berbagai daerah.

Menanggapi insiden ini, Eko Julianto menyatakan bahwa dirinya telah menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada pihak kepolisian. Ia menegaskan bahwa selama ini pondok pesantren yang dipimpinnya menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, kedisiplinan, dan kasih sayang antarsesama santri.

Namun, keberadaan lebam pada tubuh korban dan pengakuan sejumlah saksi—termasuk santri lain—membuat kepolisian tidak bisa mengabaikan kemungkinan adanya tindakan kekerasan atau perundungan sebelum kematian MMA.

Respons Aparat dan Penyelidikan Lebih Lanjut
Kasus ini kini ditangani langsung oleh Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Wonogiri. Kasi Humas Polres Wonogiri, AKP Anom Prabowo, membenarkan bahwa penyelidikan dugaan perundungan sedang berlangsung.

“Kami telah mengamankan sembilan orang yang merupakan santri di Ponpes Santri Manjung. Mereka semua masih di bawah umur, sehingga sesuai ketentuan hukum, belum dilakukan penahanan,” ujar Kasat Reskrim Polres Wonogiri, Iptu Agung Sadewo.

Selain itu, pihak kepolisian juga telah mengumpulkan sejumlah barang bukti penting, termasuk pakaian korban, hasil rontgen, rekam medis, serta dokumen tipe-X yang bisa membantu mengungkap penyebab pasti kematian MMA.

Yang paling mengejutkan, demi mendapatkan kepastian medis, polisi telah melakukan ekshumasi—penggalian kembali jenazah dari makam—untuk dilakukan otopsi ulang. Langkah ini diambil guna memastikan apakah kematian MMA murni karena penyakit atau akibat kekerasan fisik yang terjadi sebelumnya.

Baca juga: iPhone Mana Saja yang Masih Kebagian Update? Simak Daftar Lengkap & Fitur Terbarunya Usai iOS 26.2 Resmi Dirilis Desember 2025

TAG:
Sumber:

l3

Berita Lainnya