D’Academy 7 Raup Rp5,32 Miliar dalam Semalam: Kompetisi Bakat atau Arena Perburuan Uang?
D academi-Instagram-
Apakah D’Academy 7 masih menjadi wadah bagi mereka yang tak punya uang, tapi punya suara emas? Atau justru menjadi arena eksklusif bagi mereka yang didukung oleh komunitas berduit atau manajemen profesional yang siap mengguyur jutaan rupiah demi satu kursi di panggung final?
Menuju Masa Depan: Antara Profit dan Prinsip
Indosiar berhak merayakan sukses komersialnya. Namun, sebagai salah satu pilar industri hiburan dangdut nasional, stasiun ini juga memikul tanggung jawab moral: menjaga keseimbangan antara profitabilitas dan integritas seni.
Jika sistem virtual gift terus menjadi penentu utama, maka D’Academy berisiko kehilangan jati dirinya—bukan lagi sebagai kompetisi bakat, melainkan sebagai reality show berbasis crowdfunding.
Bagi penonton setia dangdut yang rindu akan kejujuran musik, ini adalah saat yang genting. Mereka kini dihadapkan pada pilihan: apakah akan terus mendukung sistem yang menguntungkan industri, atau mulai menuntut transparansi dan keadilan dalam penilaian?
Penutup: Antara Hiburan dan Etika
D’Academy 7 memang berhasil memecahkan rekor—baik dari segi pendapatan maupun rating. Tapi di balik kilauan angka-angka itu, terselip pertanyaan yang tak bisa diabaikan: apakah kita masih menyebut ini “kompetisi bakat” jika pemenangnya ditentukan bukan oleh suara, tapi oleh saldo e-wallet?
Saat hiburan semakin dikomersialkan, masyarakat berhak menuntut agar nilai-nilai artistik dan keadilan tetap dijunjung tinggi. Karena pada akhirnya, yang abadi bukanlah jumlah koin yang dikumpulkan, melainkan karya dan karakter yang lahir dari panggung tersebut.
Dan itulah yang seharusnya menjadi warisan sejati dari D’Academy.