Aceh Minta Bantuan Darurat ke UNICEF dan UNDP: Mengenal Peran Dua Lembaga PBB dalam Tanggap Bencana
Banjir-Instagram-
Aceh Minta Bantuan Darurat ke UNICEF dan UNDP: Mengenal Peran Dua Lembaga PBB dalam Tanggap Bencana
Di tengah upaya pemulihan pasca-bencana, Pemerintah Provinsi Aceh mengambil langkah strategis dengan mengirimkan surat resmi permohonan bantuan kepada dua lembaga utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): UNICEF dan UNDP. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah untuk memperluas kolaborasi internasional demi mempercepat pemulihan dan melindungi warga terdampak, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan keluarga miskin.
Menurut keterangan resmi dari Pusat Informasi PBB di Indonesia (UNIC) yang dirilis pada Selasa, 16 Desember 2025, kedua lembaga tersebut telah menerima surat permohonan tersebut. UNDP bahkan diketahui telah menerimanya sejak Minggu, 14 Desember 2025.
“UNDP telah menerima surat resmi dari Pemerintah Provinsi Aceh pada hari Minggu, 14 Desember,” ungkap perwakilan UNIC dalam siaran pers yang dikutip pada Rabu, 17 Desember 2025.
Langkah cepat Pemprov Aceh ini tidak lepas dari urgensi situasi yang dihadapi. Dalam surat tersebut, pemerintah daerah meminta dukungan teknis, logistik, dan sumber daya untuk menangani dampak bencana yang melanda wilayahnya—meski jenis bencana spesifik belum diungkap secara rinci dalam rilis media.
Respons Cepat dari UNDP dan UNICEF
Sebagai bagian dari respons awal, UNDP telah memulai proses peninjauan internal untuk menentukan bentuk dukungan terbaik yang dapat diberikan. Fokus utamanya adalah pada pemulihan dini (early recovery)—sebuah pendekatan yang bertujuan membangun kembali infrastruktur sosial-ekonomi secara cepat namun berkelanjutan.
“Saat ini, UNDP sedang melakukan peninjauan untuk memberikan dukungan terbaik kepada para national responders atau tim penanggulangan bencana serta masyarakat yang terdampak, sejalan dengan mandat UNDP dalam pemulihan dini,” jelas pihak UNIC.
Sementara itu, UNICEF, yang memiliki fokus khusus pada perlindungan anak, diperkirakan akan mengarahkan bantuan pada sektor-sektor esensial seperti pendidikan darurat, layanan kesehatan ibu dan anak, gizi, akses air bersih, sanitasi, serta perlindungan psikososial bagi anak-anak yang rentan mengalami trauma pasca-bencana.
Koordinasi antara kedua lembaga PBB ini dengan pemerintah daerah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta organisasi kemanusiaan lokal dan internasional lainnya juga akan menjadi kunci keberhasilan respon krisis ini.
Siapa Itu UNICEF dan UNDP?
Bagi sebagian masyarakat, nama UNICEF dan UNDP mungkin terdengar familiar, namun belum semua memahami peran spesifik keduanya dalam konteks kemanusiaan dan pembangunan global.
UNICEF (United Nations Children's Fund) adalah badan PBB yang didirikan pada tahun 1946 dengan misi utama melindungi hak-hak anak di seluruh dunia. Organisasi ini beroperasi di lebih dari 190 negara dan wilayah, termasuk Indonesia. Dalam situasi darurat, UNICEF bertindak cepat untuk memastikan anak-anak tetap mendapatkan akses ke layanan dasar, terlindungi dari kekerasan, eksploitasi, dan dampak psikologis bencana.
Sementara itu, UNDP (United Nations Development Programme) adalah jaringan pembangunan global terbesar di bawah PBB. Didirikan pada tahun 1965, UNDP bekerja di lebih dari 170 negara dan wilayah, termasuk Indonesia sejak 1967. Mandat utamanya adalah mendukung negara-negara dalam mengentaskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik, serta membangun ketahanan terhadap krisis—termasuk bencana alam dan perubahan iklim.
Dalam konteks bencana, UNDP tidak hanya menyediakan bantuan darurat, tetapi juga membantu pemerintah dalam merancang strategi pemulihan jangka panjang yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Jejak Sejarah di Aceh: Peran UNICEF dan UNDP Pasca-Tsunami 2004
Ini bukan pertama kalinya UNICEF dan UNDP turun tangan di Aceh. Kedua lembaga ini memainkan peran penting dalam respon kemanusiaan dan rekonstruksi pasca-bencana tsunami Samudra Hindia pada Desember 2004, salah satu bencana terburuk dalam sejarah modern Indonesia.
Baca juga: SELAMAT! Alwi Farhan Raih Dua Emas di SEA Games 2025, Guncang Dunia Bulu Tangkis