Filipina Tegas Bantah Jadi Sarang Pelatihan Teroris Pelaku Penembakan Pantai Bondi
Ahmad-Instagram-
Filipina Tegas Bantah Jadi Sarang Pelatihan Teroris Pelaku Penembakan Pantai Bondi
Pemerintah Filipina secara tegas membantah klaim bahwa negaranya menjadi lokasi pelatihan bagi pelaku penembakan mengerikan di Pantai Bondi, Sydney, yang menewaskan 15 orang. Dalam pernyataan resmi yang dibacakan oleh Wakil Menteri Kantor Komunikasi Kepresidenan, Claire Castro, Rabu (17/12), pemerintah menegaskan bahwa tidak ada bukti valid yang mengaitkan Filipina dengan kegiatan pelatihan teroris yang melibatkan ayah dan anak pelaku tragedi tersebut.
“Saat ini, tidak ada laporan atau konfirmasi yang telah divalidasi bahwa individu yang terlibat dalam insiden di Pantai Bondi menerima bentuk pelatihan apa pun di Filipina,” tegas Castro, membacakan pernyataan dari Dewan Keamanan Nasional Filipina. Ia menambahkan, “Tidak ada bukti yang disampaikan untuk mendukung klaim bahwa negara ini digunakan sebagai tempat pelatihan teroris.”
Tudingan Tanpa Dasar, Filipina Kecam Pelabelan yang Menyesatkan
Pernyataan pemerintah Filipina muncul sebagai respons terhadap berbagai spekulasi internasional yang mengaitkan kunjungan kedua pelaku ke negara tersebut pada November lalu dengan kemungkinan pelatihan militer atau teroris. Namun, otoritas Filipina menilai klaim semacam itu tidak hanya tidak berdasar, tetapi juga berpotensi merusak citra nasional.
Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr. melalui pernyataan yang dibacakan Castro, menyatakan penolakan keras terhadap “pernyataan menyeluruh dan pelabelan menyesatkan” yang menggambarkan Filipina sebagai pusat pelatihan ISIS atau kelompok ekstremis lainnya. “Presiden menegaskan bahwa negara ini tidak menjadi tempat pembibitan terorisme internasional,” ujarnya.
Sebagai bentuk antisipasi, Marcos Jr. telah memerintahkan aparat keamanan nasional untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat koordinasi dengan mitra internasional dalam upaya pencegahan terorisme. Filipina, menurutnya, tetap berkomitmen menjadi bagian dari solusi global melawan ekstremisme, bukan bagian dari permasalahan.
Jejak ISIS di Filipina: Dari Marawi hingga Fragmentasi Kelompok
Kecurigaan internasional terhadap Filipina bukan tanpa alasan. Pada tahun 2017, negara ini pernah menjadi sorotan dunia ketika militan yang berafiliasi dengan ISIS—terutama kelompok Maute dan Abu Sayyaf—melancarkan upaya pendudukan di Kota Marawi, Mindanao. Pertempuran sengit antara milisi ekstremis dan pasukan keamanan Filipina berlangsung selama lima bulan, mengakibatkan lebih dari 1.000 orang tewas, puluhan ribu warga terpaksa mengungsi, dan infrastruktur kota pegunungan itu hancur parah.
Namun, menurut Castro, situasi keamanan di Filipina telah jauh berubah sejak itu. “Sejak pengepungan Marawi pada 2017, kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Filipina telah mengalami penurunan signifikan,” ungkapnya. Saat ini, kelompok-kelompok tersebut beroperasi secara terfragmentasi, dengan kapasitas operasional yang jauh melemah. Aktivitas kekerasan di wilayah selatan—terutama di Mindanao—lebih banyak dipicu oleh konflik lokal yang sudah berlangsung lama, seperti perseteruan antarklan dan ketegangan sosial sejarah, ketimbang oleh agenda global kelompok teroris internasional.