Teks Khutbah Jumat 19 Desember 2025: Sabar Menghadapi Musibah, Ujian yang Menguatkan Iman
masjid-pixabay-
Teks Khutbah Jumat 19 Desember 2025: Sabar Menghadapi Musibah, Ujian yang Menguatkan Iman
Di tengah derasnya ujian kehidupan yang melanda umat manusia, tak sedikit di antara kita yang mulai goyah dalam keyakinan. Namun, justru di saat-saat seperti inilah, nilai kesabaran dan tawakal kepada Allah SWT menjadi fondasi utama dalam menjalani kehidupan. Khutbah Jumat kali ini mengajak seluruh jamaah untuk merenungkan makna musibah, bukan hanya sebagai penderitaan, tetapi sebagai ujian yang dirancang oleh Sang Pencipta untuk menguji kualitas iman dan amal seorang hamba.
Khutbah Jumat: Momentum Spiritual yang Tak Boleh Disia-siakan
Shalat Jumat merupakan salah satu ibadah wajib yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam ajaran Islam. Salah satu rukun utamanya adalah khutbah—dua kali penyampaian nasihat oleh khatib yang dipisahkan oleh duduk sejenak. Jamaah shalat Jumat diwajibkan untuk menyimak khutbah dengan khusyuk, karena tanpa perhatian penuh, pahala ibadah bisa berkurang bahkan hilang. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Jika engkau berkata kepada temanmu pada hari Jumat, ‘Diam dan perhatikanlah,’ sedangkan imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat sia-sia.”
(HR. Al-Bukhari, no. 934)
Ayat ini menjadi pengingat betapa sakralnya momen khutbah. Di sanalah kita diajak kembali kepada jalan Allah—melalui nasihat, peringatan, dan refleksi diri.
Musibah: Bukan Sekadar Penderitaan, Tapi Ujian dan Kasih Sayang Allah
Dalam kehidupan, tak seorang pun luput dari ujian. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Ujian tersebut datang dalam berbagai bentuk—kadang berupa kekayaan dan kenikmatan dunia, tetapi tak jarang pula berwujud kesedihan, kehilangan, atau bencana alam. Di Indonesia, kita baru saja menyaksikan rentetan musibah yang menimpa berbagai wilayah: gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor, gempa bumi, hingga kebakaran hutan dan pemukiman. Semua ini bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari qadha dan qadar Ilahi yang harus dihadapi dengan hati yang tenang dan penuh keyakinan.
Menariknya, kata “musibah” berasal dari bahasa Arab ashaaba – yushiibu – mushiibatan, yang secara harfiah berarti “sesuatu yang menimpa.” Artinya, musibah tidak selalu bernilai negatif. Bahkan kenikmatan pun bisa menjadi musibah jika menjauhkan manusia dari rasa syukur dan ketaatan—fenomena yang dalam istilah tasawuf dikenal sebagai istidraj.