Damkar Surabaya Catat Rekor Evakuasi Terbanyak Sepanjang 2025: Ular dan Biawak Jadi Tamu Tak Diundang di Rumah Warga
kebakaran-blickpixel/pixabay-
Damkar Surabaya Catat Rekor Evakuasi Terbanyak Sepanjang 2025: Ular dan Biawak Jadi Tamu Tak Diundang di Rumah Warga
Sepanjang Januari hingga November 2025, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya mencatatkan angka evakuasi terbanyak dalam sejarah pelayanan daruratnya: 2.306 insiden berhasil ditangani. Angka ini mencerminkan bukan hanya peningkatan volume permintaan bantuan, tetapi juga pergeseran karakteristik insiden yang kini lebih kompleks dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama perubahan iklim ekstrem.
Dari total kasus tersebut, 1.424 di antaranya adalah evakuasi hewan, menjadikannya kategori terbesar dalam laporan warga. Ular dan biawak menjadi “tamu tak diundang” paling sering ditemukan masuk ke rumah, halaman, atau bahkan kamar mandi warga—fenomena yang semakin sering terjadi akibat cuaca tak menentu dan curah hujan tinggi.
Cuaca Ekstrem Jadi Pemicu Masuknya Hewan Liar ke Permukiman
Menurut Kepala DPKP Surabaya, Laksita Rini Sevriani, lonjakan signifikan terjadi pada bulan November 2025—bulan dengan curah hujan tertinggi tahun ini. Banjir lokal dan genangan air yang meluas memaksa satwa liar keluar dari habitat alaminya, mencari tempat yang lebih kering dan aman, termasuk area permukiman padat penduduk.
“Perubahan iklim membuat pola perilaku hewan berubah. Saat tanah mereka tergenang, mereka naik ke permukaan, dan tak jarang masuk ke rumah warga. Ini bukan sekadar gangguan, tapi juga potensi risiko kesehatan dan keselamatan,” jelas Laksita dalam konferensi pers, Rabu (10/12/2025).
Fenomena ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara krisis iklim dan kehidupan sehari-hari masyarakat perkotaan. Saat hujan deras datang, bukan hanya infrastruktur yang diuji—tetapi juga kemampuan sistem tanggap darurat dalam menghadapi ancaman baru yang tak selalu berkaitan dengan api.
Respons Cepat: Standar Waktu Sama Seperti Penanganan Kebakaran
Meski bukan insiden kebakaran, DPKP Surabaya tetap memberlakukan standar waktu respons yang ketat untuk semua kasus evakuasi: maksimal 6,5 menit sejak laporan diterima. Angka ini sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) nasional dan menunjukkan komitmen instansi tersebut terhadap efisiensi serta keselamatan warga.
Untuk memastikan kecepatan tersebut, petugas ditempatkan di pos-pos strategis di seluruh Surabaya, dilengkapi armada pemadam termasuk motor pemadam mini yang mampu menembus gang-gang sempit dan lalu lintas padat. Teknologi juga jadi kunci: sistem call center 112 terintegrasi langsung dengan pusat komando, memungkinkan alokasi personel dalam hitungan detik.
“Kami tidak membedakan antara laporan kebakaran dan evakuasi biawak. Prinsip kami: selama ada warga yang butuh bantuan, kami hadir,” tegas Laksita.
Layanan ‘All-Giver’: Dari Evakuasi Hingga Potong Rambut Warga Berkebutuhan Khusus
Yang membedakan DPKP Surabaya dari dinas serupa di daerah lain adalah semangat “all-giver service”—layanan menyeluruh yang tak terbatas pada tugas teknis kebakaran. Tim Damkar kerap menerima permintaan unik yang menggambarkan kepercayaan masyarakat terhadap mereka sebagai pahlawan sehari-hari.
Beberapa contohnya mencengangkan sekaligus mengharukan:
Menggunakan gerinda potong untuk melepaskan cincin yang tersangkut di jari warga (kasus yang biasanya dirujuk dari rumah sakit),
Membantu ibu hamil yang ingin anaknya kelak menjadi petugas Damkar dengan “upacara penyambutan” simbolis,
Memotong rambut warga disabilitas yang kesulitan mengakses layanan umum,
Bahkan menolong lansia yang kesepian dan hanya ingin seseorang datang menemaninya.
“Intinya, kami selalu mengedepankan sisi kemanusiaan. Selama bisa membantu dan tidak membahayakan, kami akan turun tangan,” kata Laksita dengan nada tegas namun penuh empati.