Siapa Pariyem? Perempuan Perantau yang Jadi Tulang Punggung Keluarga, Jadi Korban Jiwa Tragedi Kebakaran Terra Drone
tanda tanya-BlenderTimer BlenderTimer-
Siapa Pariyem? Perempuan Perantau yang Jadi Tulang Punggung Keluarga, Jadi Korban Jiwa Tragedi Kebakaran Terra Drone
Nama Pariyem kini menjadi bagian dari daftar panjang korban jiwa dalam tragedi kebakaran mengerikan yang melanda Gedung Terra Drone di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9/12/2025). Perempuan asal Lampung itu adalah salah satu dari 22 nyawa yang tak sempat menyelamatkan diri dari kobaran api yang tiba-tiba menjalar di lantai kelima gedung tersebut.
Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 12.30 WIB, ketika mayoritas karyawan sedang dalam jeda makan siang—waktu yang seharusnya menjadi momen istirahat, bukan awal dari bencana. Namun, takdir berkata lain. Pariyem, yang bekerja sebagai staf di perusahaan teknologi drone tersebut, dilaporkan terjebak di dalam gedung dan tak berhasil keluar sebelum api menjilat seluruh lantai.
Harapan yang Padam di Tengah Hari
Saat berita duka itu menyebar, keluarga Pariyem di Lampung terguncang. Sulaiman, salah satu kerabat dekat korban, bersama kakak Pariyem bergegas menuju Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, tempat jenazah korban dibawa untuk proses identifikasi forensik. Mereka tiba di rumah sakit pada dini hari, setelah menempuh perjalanan panjang sejak menerima kabar sekitar pukul 17.30 WIB.
“Kami langsung berangkat begitu dapat kabar. Sampai di sini sudah subuh. Kondisinya masih menunggu, belum ada kejelasan kapan jenazah bisa dibawa pulang,” ujar Sulaiman kepada awak media di RS Polri, Rabu (10/12/2025).
Hingga berita ini diturunkan, proses identifikasi jenazah belum rampung. Pihak rumah sakit masih melakukan serangkaian pemeriksaan medis dan forensik untuk memastikan keakuratan identitas korban sebelum menyerahkan jenazah kepada keluarga. “Kami menunggu kepastian dari pihak rumah sakit. Belum ada informasi kapan proses ini selesai,” imbuhnya dengan suara berat penuh duka.
Pesan Terakhir di WhatsApp: Sebuah Jejak Harapan
Yang menyayat hati, sebelum api menjilat gedung tempatnya bekerja, Pariyem sempat mengunggah status di WhatsApp. Status terakhirnya sederhana namun menyiratkan keseharian yang normal: sedang makan siang.
“Status terakhirnya itu tentang makan. Jam makan siang, karena ada yang makan, ada yang salat. Itu pas jam makan siang,” kata Sulaiman, mengenang pesan terakhir yang justru menjadi jejak terakhir keberadaan Pariyem.
Keberadaan status tersebut menjadi bukti bahwa tak ada yang mengira bencana akan datang di tengah rutinitas biasa. Saat itu, tak ada tanda-tanda bahaya—hanya hiruk-pikuk kantor yang tengah beristirahat.
Perantau yang Menopang Keluarga
Bagi keluarganya di Lampung, kepergian Pariyem bukan hanya kehilangan seorang anak, tapi juga kehilangan tulang punggung utama. Perempuan muda ini telah merantau sendirian ke Jakarta sejak empat tahun lalu, mengemban tanggung jawab besar: menghidupi ibu yang sudah lanjut usia dan menjadi harapan terakhir setelah ayahnya meninggal dunia.
“Pariyem merantau sendiri. Dia tulang punggung keluarga, anak bungsu. Ayahnya sudah tiada, ibunya sekarang tinggal sendiri dan sudah tua,” ungkap Sulaiman dengan getir.
Kerja keras Pariyem di ibu kota bukan hanya untuk menghidupi dirinya sendiri, tapi juga menjadi tumpuan harapan keluarganya di kampung halaman. Kini, harapan itu padam bersama nyala api yang melahap gedung Terra Drone.
Ibu yang Belum Tahu: Kesedihan yang Ditunda
Di tengah kesedihan yang mendalam, keluarga memilih untuk belum memberi tahu ibu Pariyem tentang kepergian putrinya. Mereka khawatir kondisi kesehatan sang ibu—yang sudah renta—akan memburuk jika menerima kabar duka secara langsung.
“Belum kami beri tahu. Kami masih menjaga kondisinya,” kata Sulaiman, suaranya bergetar menahan tangis.
Keputusan ini mencerminkan cinta dan kehati-hatian keluarga, yang berusaha melindungi sang ibu dari pukulan emosional terberat di masa tuanya.