Jude Bellingham Berdarah-Darah, Real Madrid Terpuruk Jelang Duel Hidup-Mati Lawan Manchester City
Jude-Instagram-
Jude Bellingham Berdarah-Darah, Real Madrid Terpuruk Jelang Duel Hidup-Mati Lawan Manchester City
Real Madrid tengah dilanda badai. Di tengah persiapan menghadapi duel krusial Liga Champions melawan Manchester City, Los Blancos justru harus menelan pil pahit kekalahan mengejutkan 0–2 dari Celta Vigo di Santiago Bernabéu, Minggu (7/12/2025) malam. Tak hanya hasil yang mengecewakan, laga tersebut juga diwarnai insiden mengerikan yang menimpa bintang muda mereka, Jude Bellingham—gelandang Inggris itu mengalami luka parah di wajah hingga berdarah deras.
Insiden Mengerikan Mengguncang Bernabéu
Pada menit ke-60, dalam situasi duel bola udara sengit melawan striker Celta Vigo, Borja Iglesias, Bellingham secara tidak sengaja terkena siku lawannya. Benturan keras itu langsung membuat darah mengucur deras dari wajahnya. Adegan tersebut sontak menghentikan jalannya pertandingan. Tim medis Madrid bergegas masuk lapangan dan memberikan perawatan darurat selama beberapa menit.
Yang mengejutkan, setelah menerima perban di kepala, Bellingham langsung kembali ke lapangan—tanpa menunggu izin resmi dari wasit utama, Alejandro Hernández Hernández (dalam beberapa laporan disebut Alejandro Quintero González, kemungkinan kesalahan penulisan). Tindakan impulsif tersebut berbuah kartu kuning, memperburuk situasi emosional pemain berusia 22 tahun yang tengah dalam performa cemerlang musim ini.
Meskipun bertahan hingga peluit akhir, Bellingham jelas terganggu secara fisik dan mental. Dampaknya terasa nyata: ia gagal menjadi motor serangan Madrid yang biasanya begitu dinamis di lini tengah.
Kekalahan yang Mengungkap Kerapuhan Madrid
Kekalahan dari Celta Vigo bukan sekadar hasil buruk—ini adalah cerminan kerapuhan mental dan struktur tim di bawah asuhan pelatih Xabi Alonso. Madrid tidak hanya kehilangan kendali di lini tengah, tetapi juga mengalami kolaps defensif yang memalukan di kandang sendiri.
Situasi semakin runyam ketika kapten bertahan Eder Militão terpaksa keluar lapangan akibat cedera otot. Belum selesai di situ, dua bek lainnya—Fran García dan Álvaro Carreras—justru diusir keluar lapangan dengan kartu merah pada babak kedua. Lebih memalukan lagi, striker muda Endrick yang bahkan belum dimainkan, juga menerima kartu merah karena protes keras dari bangku cadangan.
Dengan hanya tujuh pemain di lapangan pada pengujung laga, Madrid benar-benar kehilangan martabat. Ini adalah salah satu penampilan paling memalukan dalam sejarah modern klub di Bernabéu.
Celta Vigo: Sang Penjegal yang Tak Terduga
Di balik keruntuhan Madrid, ada sosok pahlawan: Williot Swedberg. Gelandang muda asal Swedia itu tampil luar biasa gemilang, mencetak dua gol di babak kedua yang mengubur harapan Madrid. Kemenangan 2–0 ini bukan hanya sekadar tiga poin bagi Celta Vigo—ini adalah kemenangan tandang pertama mereka di Bernabéu dalam dua dekade terakhir.
Swedberg, yang musim ini mulai mendapat kepercayaan penuh di bawah pelatih Claudio Giráldez, menunjukkan kematangan di atas usianya. Ia tak hanya mencetak gol, tapi juga mengatur tempo permainan dan mematahkan serangan Madrid dengan presisi luar biasa.
Hasil ini mengangkat Celta Vigo ke posisi ke-10 di klasemen sementara LaLiga, dengan semangat dan kepercayaan diri yang tinggi menjelang paruh kedua musim.
Persaingan LaLiga Makin Panas
Sementara Madrid terpuruk, rival abadi mereka, Barcelona, justru terus melaju kencang. Blaugrana baru saja menang dramatis 5–3 atas Real Betis di Camp Nou, dengan Ferran Torres mencetak hat-trick di babak pertama. Dua gol tambahan dari Roony Bardghji (gol pertamanya di LaLiga) dan penalti Lamine Yamal melengkapi kemenangan spektakuler tersebut.
Dengan hasil itu, Barcelona kini memuncaki klasemen LaLiga dengan keunggulan empat poin atas Madrid. Lebih mengkhawatirkan, Villarreal—klub yang kerap dianggap "underdog"—kini hanya berjarak satu poin di belakang Madrid. Berjuluk “Kapal Selam Kuning”, Villarreal sedang dalam tren luar biasa: enam kemenangan beruntun, termasuk kemenangan 2–0 atas Getafe di laga terakhir mereka.
Fakta bahwa Villarreal memiliki satu pertandingan lebih banyak membuat tekanan terhadap Madrid semakin berat. Jika tren negatif berlanjut, bukan tidak mungkin Madrid akan turun ke posisi ketiga—situasi yang sangat jarang terjadi dalam lima tahun terakhir.
Baca juga: Ribuan Aparat Dikerahkan Amankan Aksi Kepala Desa di Istana Negara, Tolak Aturan Baru Dana Desa