Harga Emas Antam Turun Rp6.000 per Gram, Ini Penyebab dan Dampaknya bagi Investor
Emas Antam--
Harga Emas Antam Turun Rp6.000 per Gram, Ini Penyebab dan Dampaknya bagi Investor
Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengalami penurunan pada perdagangan hari ini, Selasa (9/12/2025). Logam mulia yang menjadi andalan banyak investor dan masyarakat sebagai instrumen lindung nilai ini turun sebesar Rp6.000 per gram. Penyesuaian harga tersebut tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan mencerminkan pergerakan harga emas global yang juga tengah melemah dalam dua hari terakhir.
Menurut data terbaru, harga emas Antam pada Selasa siang tercatat di level Rp2.403.000 per gram, turun dibandingkan posisi Senin (8/12/2025) yang berada di angka Rp2.409.000. Sementara itu, harga pembelian kembali (buyback) yang ditawarkan Antam juga mengalami penyesuaian ke bawah, kini berada di Rp2.263.000 per gram, atau melemah Rp6.000 dari hari sebelumnya.
Penurunan Harga Emas Global Jadi Pemicu Utama
Penurunan harga emas Antam tidak terlepas dari tren pelemahan harga emas dunia. Di pasar spot internasional, harga emas ditutup pada level US$4.192,6 per troy ons pada Senin kemarin, turun 0,15% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Dalam dua hari perdagangan terakhir, secara kumulatif harga emas global telah terkoreksi sebesar 0,37% secara point-to-point.
Bagi investor dalam negeri, pergerakan harga emas Antam selalu mengikuti dinamika global karena logam mulia ini diperdagangkan dalam skala internasional dan dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi global, termasuk nilai tukar dolar AS, suku bunga, hingga sentimen geopolitik.
Pasar Menunggu Keputusan The Fed: Suku Bunga Jadi Kunci
Salah satu faktor utama yang membuat harga emas melemah adalah sikap wait-and-see pelaku pasar terhadap kebijakan moneter yang akan diumumkan oleh Federal Reserve (The Fed) dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu, 10 Desember 2025. Pasar saat ini sedang mencoba memprediksi apakah bank sentral AS tersebut akan memangkas suku bunga acuannya atau justru mempertahankannya.
Berdasarkan data dari CME FedWatch Tool, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps)—menjadi rentang 3,5%–3,75%—dalam rapat pekan ini mencapai 87,3%. Sementara kemungkinan suku bunga tetap di kisaran 3,75%–4% hanya sebesar 12,7%. Meski peluang pemotongan suku bunga cukup tinggi, pasar tetap waspada karena The Fed diperkirakan akan menyampaikan pandangan yang cenderung hawkish (agresif terhadap inflasi).
“Kami memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga dalam rapat bulan ini. Namun, kami juga mengantisipasi nada yang hawkish dari The Fed dan kemungkinan suku bunga acuan akan ditahan stabil untuk beberapa waktu ke depan,” ujar John Canavan, Kepala Analis di Oxford Economics, seperti dilansir Bloomberg News.
Mengapa Suku Bunga Mempengaruhi Harga Emas?
Emas merupakan aset non-yielding, artinya tidak memberikan pendapatan berupa bunga atau dividen. Dalam lingkungan suku bunga yang tinggi, investor cenderung beralih ke instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi atau deposito yang menawarkan imbal hasil lebih menarik. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih kompetitif karena biaya peluang (opportunity cost) memegang emas berkurang.
Namun, jika penurunan suku bunga tidak sebesar ekspektasi pasar atau disertai pernyataan hawkish dari The Fed, maka dorongan terhadap harga emas bisa jadi terbatas. Kondisi inilah yang saat ini diantisipasi pasar, sehingga minat terhadap emas sementara waktu agak tertahan.